Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Suporter Sepak Bola: Perempuan Iran dan Pelajarannya untuk Kita

11 Oktober 2019   10:05 Diperbarui: 12 Oktober 2019   13:24 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter perempuan Iran saat laga melawan Kamboja. Foto by Bleacher Report Football

Laga antara Iran versus Kamboja bisa dikatakan sebagai hari bersejarah bagi dunia sepak bola Iran. Sejarah ini tercipta bukan karena skor besar yang tercipta (14-0) untuk kemenangan Iran, melainkan, sejarah itu tercipta karena kaum perempuan diizinkan untuk menonton sepak bola di stadion.

Sudah empat dekade sejak reformasi Islam di tahun 1979 perempuan tidak diizinkan untuk menonton sepak bola di stadion. Singkatnya, selama 40 tahun, menonton sepak bola secara langsung di stadion adalah keistimewaan bagi kaum laki-laki.

Seperti dilansir dalam BBC News (10/10/19), lebih dari 3500 perempuan yang membeli tiket untuk menonton laga kualifikasi piala dunia melawan Kamboja.

Stadion pun mengalokasikan sebuah tempat khusus bagi kaum perempuan di stadion Azali yang berkapasitas 78000 itu. Diberitakan juga, tiket yang dikhususkan untuk kaum perempuan hanya terjual dalam hitungan menit.

Banyak reaksi dan kesan atas peristiwa bersejarah itu. Pastinya, sebagian besar kaum perempuan yang menyaksikan laga itu merasa senang dengan peristiwa itu.

Bahkan, beberapa di antaranya menangis karena menjadi bagian dari peristiwa bersejarah itu. Akhirnya, mereka bisa menonton sepak bola di stadion setelah 40 tahun kekebasan mereka dikungkung.

Keberhasilan ini tidak lepas dari usaha FIFA dan kaum aktivis hak asasi manusia yang mendesak otoritas sepak bola dan pemerintah Iran untuk mengizinkan kaum perempuan menonton langsung pertandingan sepak bola di stadion.

Desakan ini pun dilatarbelakangi dari kematian seorang fans perempuan di bulan September lalu. Adalah Sahar Khodayari yang membakar dirinya sendiri di luar pengadilan karena usaha dari otoritas untuk menghukumnya.

Hukumannya itu berkaitan dengan niatnya yang hendak menonton sepak bola di stadion Tehran's Azadi stadion. Khodayari kemudian meninggal seminggu kemudian di rumah sakit (The guardian, 10/09/19).

Sahar Khodayari dikenal sebagai "blue girl" (perempuan biru) di media sosial. Warna biru ini merujuk pada warna favorit dari timnas Iran.

Secara tidak langsung, figur Sahar Khodayari membuka pintu kebebasan bagi kaum perempuan di Iran untuk bisa menonton pertandingan sepak bola di stadion.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun