Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Satu Hati Bersama Romelu Lukaku Melawan Diskriminasi

3 September 2019   12:40 Diperbarui: 3 September 2019   13:00 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah baru menjalani dua pertandingan bersama tim barunya, Inter Milan, Romelu Lukaku harus berhadapan dengan aksi rasis. Dia sangat menyesalkan aksi rasis yang dialaminya itu Selena's melawan Cagliari. Lewat postingannya di instagramnya, Romelu Lukaku mengutarahkan kekecewaannya. Dia juga menyeruhkan untuk melawan diskriminasi itu secara serius.

Dalam IGnya Lukaku kira-kira menulis demikian. "Sepakbola adalah permainan yang mesti dinikmati setiap orang dan kita tidak boleh menerima segala bentuk diskriminasi yang membuat permainan itu menjadi memalukan."

Yah, diskriminasi adalah noda kelam dalam sepakbola. Apa yang dialami Romelu Lukaku bukankah insiden baru. Sebelum Lukaku mengalami hal ini, mantan rekan setimnya di Manchester United, Paul Pogba menjadi korban rasis di media sosial karena gagal mencetak pinalti dalam pertandingan melawan Wolverhampton wanderers sebulan yang lalu.

Romelu Lukaku sangat benar saat dia menyeruhkan kontrol yang serius dalam menggunakan media sosial. Media sosial tidak boleh menjadi wadah untuk melakukan perbuatan rasis. Kontrol yang serius ini tentunya bermula dari para pengguna media sosial. Tanggalkan pikiran yang sempit dalam mengomentari siapa saja di media sosial. Kekecewaan dan kemarahan di dan dari lapangan hijau tidak boleh diekspresikan dengan cara yang salah.

Sesungguhnya perbuatan rasis menunjukkan kesempitan berpikir. Orang masih mengotak-kotakan pribadi tertentu berdasarkan figur dan latar belakang tertentu. Figur dan latar belakang tertentu diasosiasikan dengan sesuatu yang merendahkan martabat.  Kesempitan berpikir ini mesti dilawan. Kesempitan berpikir ini mesti dihancurkan. Salah satunya adalah tidak boleh menilai siapa saja menurut figur dan latar belakang tertentu.

Semua kita sama. Dalam konteks olahraga yang mengedepankan sportivitas, prestasi mesti menjadi tolok ukur tanpa melihat latar belakang dari yang berprestasi.

Respek juga menjadi sikap dalam memperlakukan siapa saja yang bermain di lapangan hijau. Karenanya, marilah kita bersama-sama dengan Romelu Lukaku melawan diskrimaninasi, bukan hanya di bidang olahraga tetapi juga dalam konteks sosial yang lebih luas.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun