Mohon tunggu...
Dorma Jadi Haulian Situmorang
Dorma Jadi Haulian Situmorang Mohon Tunggu... Lainnya - Halo dunia :)

Halo apa kabar? :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Sedih│Sepotong Cheesecake

5 Juni 2018   05:40 Diperbarui: 5 Juni 2018   08:16 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.foodnetwork.com

Entah bagaimana awal kisahnya, yang teringat hanya ingatan sepotong-sepotong. Tidak ada kamu di dalam ingatanku. Tidak juga dengan kisah-kisah manis atau masa bahagia berdua denganmu. Tidak ada semua itu. Saat itu hanya ada aku. Sendirian. Berdiri dipinggir jalan. Entah dimana jalan itu, aku bahkan sudah tidak bisa mengingatnya. Tapi itu sudah pasti siang hari. Waktu dan momen yang selalu menjadi favoritku. Panas terik karna siang hari yang cerah. Tapi seperti biasa, kau tidak pernah tahu atau memang tidak mau tahu.

Hanya sebentar bermain di dalam dunia hayalan, aku baru menyadari jika aku sudah berjalan cukup lama. Mungkin dua atau tiga jam lamanya karna kedua kaki sudah terasa nyeri dan pegal, yang anehnya belum membuatku merasa kelelahan. 

Seperti yang sudah-sudah, berjalan sendirian adalah kebiasaan rutin yang aku lakukan disaat pikiran sedang penuh dengan masalah yang belum ada solusinya.

Siang itu tidak seperti siang-siang biasanya, tiba-tiba langkah kakiku berhenti. Tepat dipersimpangan jalan, sesuatu menarik hati terlihat di ujung persimpangan jalan. Sebuah kafe yang cantik berdiri disana. Kafe yang seharusnya tidak ada disana. Kafe yang belum pernah aku lihat. Tentu saja aku tidak pernah melihatnya, aku bahkan tidak ingat dimana jalan yang aku lalui saat itu. Aku sudah bilang sebelumnya kan?

Kafe berwarna abu-abu itu memiliki tembok kaca hampir disemua dindingnya, dari luar kelihatan jelas jika interior di dalam ruangannya dominan kuning pastel. Bahkan sofa dan kursi yang disediakan hanya ada dua warna, abu-abu dan kuning. kalau pun ada warna putih dan orange, itu hanya muncul di ornamen-ornamen bantal-bantal sofa atau vas bunga kecil yang memang sengaja disediakan disana untuk mempercantik kafe yang sebetulnya sudah kelihatan cantik dan memikat mata. Aku yakin siapa pun yang melihatnya pasti terpanggil untuk mampir.

*

Dari balik pintu kafe satu sosok pria keluar dan melambaikan tangannya padaku. Sungguh aku tidak mengenalnya. Kupicingkan mata dengan harapan aku bisa melihatnya dengan jelas, tetap saja aku tidak ingat pernah mengenalnya. Lagian buat apa juga aku memicingkan mata jika sebetulnya cerahnya sinar matahari sudah membuat segalanya terlihat jelas. Bodohnya aku.

Kau tahu kan, kau akan melakukan sesuatu yang konyol dan melakukan sebuah tindakan yang tidak lazim saat kau sedang banyak pikiran dan panas matahari membuatmu kehilangan kemampuan berpikir. Ini adalah teori abal-abal saya yang tidak bisa dikaji secara ilmiah. 

Laki-laki itu mengenakan baju berbahan wol warna abu-abu dengan garis-garis merah-hitam diantara dada, dipadu dengan celana berbahan kain berwarna hitam kelam seperti warna rambutnya yang terlihat sedikit bergelombang dan berkilau. Entah kenapa ia terlihat pantas menggunakannya. semuanya. Terlihat sempurna untuknya. Apalagi saat jari-jarinya yang indah melambai-lambai ke arahku. 

Hey, bukankah dia memanggilku?! Hayuklah mampir! Mari kita lihat apa saja menu yang disajikan mereka. Ayolah, kau pasti berpikiran sama denganku. Iyakan?

Ku langkahkan kaki menuju kafe, dan pria itu masih berdiri di antara pintu yang terbuka dan mempersilahkan aku masuk. Ah, sekejab saja suasananya seketika berubah. Panasnya matahari diluar berganti sejuknya suhu di dalam kafe. Ku amati tidak ada satu pun AC atau kipas di dalam ruangan. Ini sungguh misteri. Bagaimana bisa ruangan tanpa bantuan AC bisa sesejuk itu. Hanya sedetik aku langsung jatuh hati pada kafe cantik ini.

Meja nomor tujuh menjadi pilihanku. Posisinya tepat diantara pintu keluar dan jendela kaca, segalanya terlihat jelas. Jalanan. Jembatan. Pepohonan. Manusia yang lalu-lalang, dan Lagi-lagi langit sangat cerah dan terang. Sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun