Mohon tunggu...
DoNo Salim
DoNo Salim Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda yang hanya ingin membagi dunianya lewat sebuah tulisan-tulisan ringan yang menghibur dan menginspirasi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mahasiswa 1/2 Abadi (Bab 1, Part 2 : Mau Jadi Apa?)

14 April 2017   11:27 Diperbarui: 14 April 2017   21:00 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Boleh sih, baru datang ke Jakarta, tapi,..." ujar sopir Taksi terdiam sejenak,

"Tapi apa, Pak?" tanya gue lagi.

"Tapi kan, kepalanya gak usah keluar jendela gitu juga, Mas!!!" sambungnya lagi dengan nada kesal, sambil jedot-jedotin kepalanya ke setir mobil.

Gue hanya diam, sambil menikmati angin malam kota Jakarta dari luar jendela mobil. Berharap, badan gue bisa terbawa angin malam dan terbang mengelilingi kota Jakarta. Gue jadi membayangkan, andaikan gue bisa terbang dan punya sayap. Mungkin, gue akan mirip kayak Tinkerbell habis digigit Tomcat. Bengkak.

Sesampainya di rumah Om gue, Cik Lam, kami pun langsung disambut dengan hangat sekali. Baru sampai di depan rumahnya, gue melihat nampak sebuah plang bertuliskan; Toko Bintang Jaya. Ternyata, gue baru tahu, kalau Cik Lam juga memiliki usaha toko alat tulis di samping rumahnya. Malam itu, gue disambut oleh 4 orang yang berdiri tepat di depan toko tersebut. Mereka adalah Cik Lam, lalu ada istrinya, Tante Irul, kemudian ada anak mereka satu-satunya, Bryan, dan juga Mbak Sih, asisten rumah tangga di rumah mereka. Percakapan basa-basi pun sempat terjadi, sebelum akhirnya kami masuk ke kamar masing-masing untuk langsung beristirahat.

Esoknya, kami pun berencana pergi menjenguk Emak di Rumah Sakit Siloam, Karawaci, Tangerang. Namun, karena tidak ada yang menjaga toko, gue dan kakak gue pun dipaksa menjadi penjaga toko dadakan. Bermodal briefing kilat dari Tante Irul, kami pun bersedia menerima tawaran untuk menjaga toko siang itu. Meskipun baru pertama kali, tapi kami gak diwajibkan memakai pakaian putih-hitam ala karyawan baru di Indomaret. Intinya, hanya cukup melayani pembeli saja dan mendengarkan arahan dari Mbak Sih, karena ia yang akan menjadi mentor kami di sini.

Sambil berkeliling toko, gue pun berusaha untuk menghafal jenis dan harga barang yang dijual di toko ini. Selain menjual alat tulis, ternyata toko ini juga menjual pulsa, rokok, jajanan ringan, serta menerima print dan fotokopi-an. Beberapa jam menjaga toko, akhirnya ada juga pembeli pertama yang datang.

"Koh, saya mau beli bedak M.B.K dong, ada gak?" tanya seorang gadis bertubuh kurus, dengan mengenakan kaos merah bergambar stoberi.

"Bedak M.B.K? Kayanya ada sih, Mbak. Tapi gak usah panggil 'Koh' panggil aja, 'Mas', saya belum punya cucu kok," jawab gue berusaha menjelaskan.

"Tapi itu bedaknya bagus gak sih, Mas?" tanya gadis berbaju merah itu lagi.

"Bagus kok, ini tuh bagus banget, kalau pake bedak ini, muka Mbak bisa jadi mulus dan bersinar pokoknya deh!" jawab gue dengan penuh keyakinan, sambil menyodorkan bedak sachet berlogo bunga mawar merah itu ke arahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun