Mohon tunggu...
DoNo Salim
DoNo Salim Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda yang hanya ingin membagi dunianya lewat sebuah tulisan-tulisan ringan yang menghibur dan menginspirasi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mahasiswa 1/2 Abadi (Bab I, Part 1: Mau Jadi Apa?)

2 April 2017   11:09 Diperbarui: 14 April 2017   20:00 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

..........

Singkat cerita, gue telah berhasil melewati UN pada 2014 dengan selamat. Seperti prediksi gue, ternyata UN itu gak seseram yang dikatakan kebanyakan orang. Buktinya gue bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, meski tanpa membeli kunci jawaban sekalipun. Namun ternyata, lulus UN saja, belum cukup untuk mengakhiri perjalanan hidup gue. Kini gue berada di ujung dilema baru, antara harus memilih kuliah atau tidak.

Malam itu, gue sedang berkumpul bersama teman-teman, selang sebulan setelah kelulusan. Gue ke sana dengan 3 orang teman gue, yakni Intan, Prima, dan Sukron. Intan merupakan seorang gadis berkulit putih yang sangat manis, dengan rambut panjang dan lebat, serta hidung yang mancung sekali. Manis dan hidung mancung? Ya, Intan mirip seperti hasil perkawinan silang antara boneka Barbie dan Pinokio. Sedangkan Prima, memang dia tidak seputih dan semanis Intan, namun dia orang yang sangat baik dan hangat sekali. Bukan hanya itu, Prima juga memiliki kelebihan yang menjadi ciri khasnya, yakni kelebihan jidat. Bisa dibilang, dia agak sedikit jenong gitu deh. Intan dan Prima itu mirip gue sama Sukron, mereka berdua sepasang sahabat yang selalu kemana-mana bareng.

 Kami mengobrol di sebuah warung makan yang menjual menu utama, Fried Chicken. Kami duduk di meja paling pojok dan memesan menu yang sama, paket 1 nasi, 1 ayam, dan  1 es teh manis. Tapi untuk urusan ayam, gue berbeda selera dengan yang lainnya, gue lebih senang dada dibangdikan paha. Di saat seperti ini, otak Cina gue mulai bekerja. Menurut gue, kalau membeli ayam selain dada itu adalah kerugian besar, karena dagingnya cuma sedikit, padahal harganya sama saja.

“Err~ Apa kabar?” ucap gue memulai basa-basi, dengan agak sedikit canggung, sambil menunggu Sukron mengambil pesanan di meja kasir.

“Kaku banget sih kamu, No, nanyain kabar segala, orang cuma sebulan doang gak ketemu,” kata Prima meledek.

“Baik kok, Don. Kamu sendiri apa kabar?” kata Intan dengan suara yang pelan dan lembut, sampai bikin gue pingin tidur di atas meja.

“Baik juga kok, hehe. Kalian habis ini, mau ke mana?” tannya gue, “Eh, maksudnya, habis lulus ini, kalian mau ngapain? Mau kuliah atau kerja kah? Atau nikah? Hehe,” sambung gue lagi melanjutkan pertanyaan sebelumnya.

“Kirain apaan, Don. Kalau aku sih, disuruh sama Bapak kuliah, Don,” jelas Intan sambil mengurai rambut panjangnya.

“Kalau aku sih, Alhamdulillah,sudah kerja seminggu No, di Matahari Departement Store,” jawab Prima dengan penuh bangga.

“Kerja jadi apa? Jadi patung yang dipajang di depan Matahari itu, yak?” tanya gue dengan muka serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun