Mohon tunggu...
Donna Dwinita Adelia
Donna Dwinita Adelia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Love to hide behind words

Ibu dua anak yang suka buang sampah lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Empati Manusia Diuji

22 Mei 2020   12:25 Diperbarui: 22 Mei 2020   13:30 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber kumparan.com

Fenomena Covid19 di Jepang

Fenomena pandemi virus corona atau popular disebut COVID19 sudah berlangsung hampir setengah tahun. Bermula dari kota Wuhan di Cina sampai pada akhirnya melanda Indonesia. Kebetulan saat ini saya sedang berdomisili di Jepang. Saya mengalami langsung bagaimana pemerintah Jepang menerapkan berbagai kebijakan terkait dengan pengendalian pandemi ini. Jepang mengkonfirmasi kasus positif pertama di Tokyo tidak lama setelah pandemi COVID19 dimulai pada bulan Januari 2020. 

Mungkin karena letak geografis negara Jepang yang berdekatan dengan negara Cina dan Korea Selatan yang menyebabkan Jepang menjadi negara yang harus segera bergumul dengan COVID19. Selain itu Jepang, dengan Bandar Udara Naritanya, juga merupakan salah satu bandara yang paling banyak digunakan sebagai bandara transit yang menghubungkan penerbangan dari satu negara ke negara lain.

Saya tinggal di kota Higashihiroshima yang terletak di perfektur Hiroshima. Kebijakan pemerintah terkait COVID19 baru saya rasakan sekitar akhir bulan Pebruari 2020. Himbauan untuk selalu menggunakan masker, cuci tangan, social distancing dan menjauhi tempat keramaian sangat terasa di setiap sudut kota. 

Hampir di semua toko dan fasilitas publik, baik itu kantor pelayanan maupun sarana transportasi umum disediakan hand sanitizer yang dapat digunakan siapa saja. Khusus untuk penggunaan masker, sepertinya sudah menjadi budaya masyarakat Jepang pada umumnya. Biasanya menjelang musim dingin, ketika penyakit influenza mulai sering menyapa, hampir sebagian besar penduduk Jepang akan tampak menggunakan masker. Bisa jadi karena mereka memang sedang sakit atau sebaliknya karena takut tertular. 

Dari pengamatan saya pribadi, masyarakat Jepang sangat menghormati hak dan kewajiban sesamanya. Kesadaran diri untuk menghargai hak orang lain sangatlah tinggi. Sehingga ketika jatuh sakit, mereka akan dengan sukarela mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah untuk meminimalisir penularan yang mungkin terjadi.

Semenjak COVID19 terdengar di Jepang, stok masker pun dengan cepat lenyap dari pasaran. Pembelian atas produk-produk sanitasi dan kesehatan seperti tisu toilet, hand sanitizer, cairan desinfektan dan sabun cuci tangan, diberlakukan limit jumlah pembelian pada setiap jenisnya. Lantai-lantai di setiap kasir mulai dihiasi penanda yang menunjukkan tempat berdiri setiap pembeli ketika mengantri dengan memberlakukan jarak yang cukup antara satu dan lainnya. 

Semua event yang berpotensi menjadi tempat keramaian segera dibatalkan atau ditunda pelaksanaannya. Ada satu momen ketika saya sedang berbincang dengan warga Indonesia lain di halaman apartemen kemudian kami ditegur oleh orang Jepang dan diingatkan supaya segera membubarkan diri dan kembali ke unit masing-masing. Satu yang saya tangkap disini adalah kerja sama yang baik antara pemerintah dan warganegaranya. Kebijakan pemerintah yang bagus dan warganegara yang patuh. Keduanya bersinergi demi menanggulangi pandemi yang sedang berlangsung.

Mendengar Kabar dari Indonesia

Hidup jauh dari Indonesia tidak membuat saya ketinggalan berita terkini di tanah air tercinta. Berkebalikan dengan kami yang sudah heboh di Jepang, kondisi di Indonesia masih tampak tenang dan tentram. Saya mulai mengingatkan keluarga dan kawan-kawan di Indonesia untuk mulai mempersiapkan diri. 

Lebih baik bersiap sejak dini untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Saya terus mengikuti perkembangan berita yang ada. Satu hal yang cukup unik adalah ketika pada satu titik semua negara di Asia Tenggara sudah mengkonfirmasi adanya kasus COVID19 di negara masing-masing tetapi tidak begitu adanya di Indonesia. Sebuah kondisi yang memantik sebuah pikiran di benak saya, “Somehow it sounds too good to be true”. 

Terlepas memang itu benar faktanya atau tidak, tetapi banyak pihak mulai mempertanyakan informasi lain yang mungkin masih disimpan oleh pemerintah. Hiburan datang dari para kreator yang memang dasarnya sudah kreatif. Segala macam meme mulai bertebaran di dunia netijen negara +62. Di tengah situasi yang kacau balau, tak dipungkiri jasa mereka sebagai pengundang senyum untuk sekedar melupakan sejenak kalut yang melingkupi.

Akhirnya terdengarlah bunyi gong itu. Pada awal bulan Maret 2020 kasus pertama COVID19 di Indonesia akhirnya dikonfirmasi menimpa dua warga Depok di propinsi Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun