Mohon tunggu...
Doni Romadhon
Doni Romadhon Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis opini

Bagaimana menulis dapat bersuara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Persiapan New Normal, Seputar Pola Hidup

20 Juni 2020   20:15 Diperbarui: 20 Juni 2020   20:15 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses menuju new normal di tengah pandemi corona tidak mudah. Masyarakat perlu beradaptasi sambil tetap menjaga kesehatan tubuh dan mental. Setelah hampir tiga bulan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, pemerintah berencana melonggarkan pembatasan sosial tersebut. Namun, pandemi corona masih berlangsung. Pilihannya adalah masuk ke tata cara hidup baru atau new normal. Presiden Joko Widodo sempat menyebut masyarakat harus kembali produktif. "Kami ingin sekali lagi bisa masuk ke normal baru, tatanan baru. Dan kami ingin muncul sebuah kesadaran yang kuat, kedisplinan yang kuat," kata Jokowi pada Selasa (26/5).

Kedisplinan itu termasuk memakai masker saat di luar rumah, rajin cuci tangan, menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh, serta menjaga jarak. Proses adaptasi menuju pola hidup baru tersebut tidak mudah. Psikologi Klinis Ida Ayu Saraswati Indraharsani mengatakan penerapan new normal dapat mempengaruhi kesehatan mental. Pasalnya, banyak tantangan harus dihadapai masyarakat untuk menjalankan kehidupan tersebut. "Dalam proses masuk ke kehidupan itu, seseorang mungkin saja menolak beradaptasi yang akhirnya menjadi stres," kata Saraswati, mengutip dari Antara, Senin (28/5).

Psikolog di Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Badung, Bali, itu menekankan penting kesehatan mental sebelum mulai masuk ke new normal. Hal tersebut bukan persoalan kejiawaan, tapi juga berpikir rasional untuk mengekspresikan emosi dan berperilaku tepat. Anak-anak perlu mendapat pembekalan untuk menghadapi normal baru. "Salah satu persiapan yang dapat orang tua lakukan adalah memberikan gambaran mengenai penyebab Covid-19 dan kondisi lingkungan sekitar," ucap psikolog Klinik Pela 9 Wanda Anastasi.

Pemahaman sederhana untuk anak-anak tentang norma hidup baru adalah kembali berkegiatan normal dengan tetap menjaga protokol kesehatan karena pandemi masih terjadi. Secara fisik, menurut Wanda, mereka juga harus dibiasakan displin menjaga kebersihan dan kesehatan diri, serta tetap menjaga fisik saat berinteraksi dengan teman atau orang lain.

Lantas, apa saja pola hidup new normal di tengah pandemi Covid-19? Berikut daftarnya :

1. Masker adalah benda wajib 

Setiap keluar rumah, setiap orang wajib memakai masker. Cara ini bukan hanya untuk melindungi diri dari infeksi virus corona, tapi juga menghindari orang di sekitar tertular. Seseorang yang terinfeksi Covid-19 belum tentu menunjukkan gejala, tapi ia sudah pasti dapat menularkannya ke orang lain kalau tidak mematuhi protokol kesehatan.

Para mahasiswa melakukan olahraga di asrama selama pandemi corona. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.)
Para mahasiswa melakukan olahraga di asrama selama pandemi corona. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.)
2. Jaga kebersihan dan kesehatan diri 

Setelah hampir tiga bulan melakukan isolasi, tentu tak mudah untuk kembali berinteraksi atau berada di sekitar orang banyak. Kekhawatiran takut tertular pasti membayangi Anda. Strateginya sebenarnya sederhana. Setiap berada di luar rumah, Anda perlu ingat untuk menjaga jarak dengan orang lain, rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik, makan dengan gizi seimbang, rutin berolahraga dan berjemur, serta istirahat yang cukup. Para ahli percaya semua aktivitas ini dapat menghindari Anda tertular dari Covid-19 dan meningkatkan imunitas tubuh.

Ilustrasi menabung di bank di tengah pandemi corona. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.)
Ilustrasi menabung di bank di tengah pandemi corona. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.)
3. Lebih banyak menabung, kurangi pengeluaran 

Hampir tiga bulan ini mungkin pengeluaran Anda menjadi lebih terarah untuk kebutuhan penting, bukan berbelanja impulsif. Pola ini konsisten dengan setiap terjadi krisis. Kemunculan virus corona membuat orang lebih berhemat. Masa depan terlihat tidak pasti dan rapuh. Banyak orang tidak mau mengambil risiko, apalagi membeli barang-barang tidak perlu. Kalau kondisi perekonomian memburuk, lebih baik memang menabung daripada berbelanja. Perilaku ini layaknya peribahasa sedia payung sebelum hujan.

 (Doni Romadhon / 183112351650573)

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun