Mohon tunggu...
Momon Mumet
Momon Mumet Mohon Tunggu... -

Jempol Ampuh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tokoh Wayang, Musuh Islam ?.

18 September 2011   14:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:51 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Islam menurut catatan sejarah  masuk ke Indonesia pada abad 7 Mashi  (abad 1 H), Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu meruntuhkan kerajaan2 hindu dan budha di kawasan Nusantara.Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera—setidaknya diwakili oleh institusi Kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M2), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang6dan Kutai di Kalimantan.Adapun kesultanan di Jawa antara lain: Kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten.Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi Kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu.Di Nusa Tenggara penerapan Islam dilaksanakan dalam institusi Kesultanan Bima. Masuknya bangsa2 eropa yang pada awalnya untuk melakukan perniagaan, lambat laun seluruh kerajaan2 Islam tersebut jatuh ketangan kekuasaan kolonialis yang membawa pengaruh faham nasionalis sekular sebagaimana ideologi yang dianut Indonesia saat ini.

Sekularisme yang pada dasarnya memisahkan kehidupan keagamaan dalam politik jelas tidak dapat diterima oleh faham Islam yang fundamentalis yang berpegang bahwa ajaran agama adalah untuk mengatur kehidupan manusia. Sehingga, faham sekularisme sering disebut sebagai faham barat, tak jarang pemikiran islam moderat yang dapat menerima sekularisme sering dituding sebagai antek barat. Padahal, dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, pemisahan hubungan antara umat dan sang penciptanya sudah diatur dalam undang2 negara dimana negara menjamin kehidupan beragama. Demikian juga, budaya yang berkembang walaupun kadang tidak sesuai dengan ajaran islam sudah diterima sebagai kelaziman. Seperti  seni perwayangan yang sesungguhnya mengadopsi dari ajaran hindu, dalam konteks budaya bangsa Indonesia, wayang juga dipakai sebagai sarana dakwah Islam. Seperti yang terjadi di Purwakarta, sekelompok masa dengan atribut islam merusak Patung Kresna yang berada di persimpangan Jalan R.E. Martadinata dan Jalan Basuki Rahmat. Pembuat patung Kresna, Deden Gustari yang merupakan alumnus ITB jurusan Design sangat menyesalkan penghancuran patung Kresna tersebut,  menurutnya, oknum yang merusak itu karena mereka tidak tahu saja dan mungkin menganggap patung Kresna itu sebagai berhala. Padahal sesungguhnya Kresna itu sebagai sebuah warisan kebudayaan bangsa Indonesia yang sudah diakui oleh Unesco.

Beberapa waktu yang lalu bangsa ini merasa tersinggung oleh sikap bangsa Malaysia yang mengklaim wayang adalah warisan budaya  mereka, tapi apa yang terjadi di Purwakarta justru sebaliknya, simbol  warisan budaya yang kita pertahankan sebagai harga diri bangsa itu justru tidak diterima dan dihancurkan.  Namun demikian, apa yang terjadi di Purwakarta dapat diambil sebagai gambaran bahwa sesungguhnya masyarakat Islam Indonesia tidak menyatu, satu pihak berpandangan bahwa seluruh sendi kehidupan manusia  harus berlandaskan Islam, dilain sisi beranggapan bahwa ajaran agama adalah menyangkut hubungan mahluk dengan khaliqnya. Gerakan politik yang membawa nama Islam, kadang tidak disadari justru menimbulkan pertentangan diantara umat islam itu sendiri atau bahkan berhadapan dengan hukum negara.

Merunut sejarah perkembangan Islam, awal perkembangan Islam dengan kekhalifahan memang mampu membawa  kejayaan Islam pada masa lalu, begitu juga di Indonesia dengan tumbuhnya kerajaan2 Islam. Namun seiring perubahan zaman, walaupun faham nasionalis adalah ajaran  barat, faktanya NKRI dapat lahir oleh adanya ikrar kebangsaan, bangsa Indonesia, tanah air Indonesia dan bahasa Indonesia. Merubah Ideologi bukanlah perkara yang mudah ketika bangsa ini sudah menerima Ideologi kebangsaan. Akan terlalu banyak musuh kalau harus melakukan pembenaran menurut pendapatnya sendiri, termasuk patung menjadi musuh dan dihancurkan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun