Mohon tunggu...
Doni Hermawan
Doni Hermawan Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bolak-balik Bulog!

16 Agustus 2018   18:07 Diperbarui: 16 Agustus 2018   18:08 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Punya gengsi kadang penting, tapi ada baiknya untuk menyesuaikan dengan posisi serta keadaan. Nasihat ini cocok untuk Kabulog teranyar kita, Budi Waseso, yang bolak-balik berkoar anti impor di media massa.

Rasanya pengin tertawa getir saat membaca headline di Bisnis Indonesia hari ini, dari situ dapat kita ketahui bahwa ada persetujuan impor tahap III yang diterbitkan pada Juli 2018. Saya ulang pakai mode slow motion: J U L I 2018. Saat itu Bulog sudah dipimpin oleh Buwas.

Bulog sendiri telah meminta izin perpanjangan masa berlakunya hingga 30 September 2018. Sudah, jangan bingung kalau liat instansi-instansi pemerintah tidak kompak. Sejak heboh-heboh impor beras awal tahun, kita tahu pihak mana saja yang angkat bicara dan ke mana arah masing-masing pernyataan. Tapi rasanya, yang paling kacau ini yang area kerjanya dekat dengan hulu produksi.

Kita dapat mempertanyakan ucapan Buwas---yang sudah seperti slogan kampanye itu--teriak anti impor tapi kok ada persetujuan impor tahap III di era kepemimpinannya. Silakan mengelak dengan dalih "Pengajuan impornya kan sudah diteken sebelum saya menjabat!" Monggo, pak.

Tetap saja instansi anda mengajukan perpanjangan sampai September. Anda punya kuasa. Jika memang keputusan impor itu tidak sesuai dengan slogan kebanggan anda, ya cabut saja. Diamkan. Tidak usah diteruskan prosesnya. Sederhana, bukan?

Oh, iya. Bulog tentu hadir dalam rapat-rapat koordinasi dengan Kemenko Perekonomian dan yang lain bukan? Bukankah masalah perberasan dan keputusan impor dibahas tuntas di situ? Kalau memang amat anti impor kenapa enggak protes habis-habisan saja saat rapat? Kan, pasti didukung penuh sama Kementan yang menganut paham anti impor. Masa nggak bisa meyakinkan Pak Darmin buat ndak impor? Yah, ini hanya saran receh dari warga biasa.

Ada kabar menyedihkan lagi. Puluhan warga Jombang mengeluhkan kualitas beras sejahtera yang tak layak konsumsi. Sudah lihat fotonya? Sungguh buruk rupa. Lebih cocok buat pakan ternak. Baca saja beritanya di sini: https://kumparan.com/bangsaonline/menggumpal-dan-busuk-warga-jombang-keluhkan-kualitas-beras-bulog

Isu kualitas beras sejahtera ini sudah jadi rahasia umum. Kita semua tahu beras tak layak itu terlalu lama disimpan, diperparah karena kualitasnya buruk juga, kadar airnya pasti tinggi.

Jadi, Bulog ini memang tugasnya menyerap gabah atau beras dari petani. Bahkan dengan kualitas buruk sekalipun. Niatnya baik memang, yaitu untuk membantu petani agar tak merugi. Tapi jika dipikir-pikir, artinya sektor pertanian kita ini masih sering menghasilkan gabah/beras kualitas buruk.

Menghitung cadangan beras Bulog yang kini 1 juta ton lebih, berarti di masa mendatang mereka akan memanfaatkan beras impor untuk operasi pasar (tentunya jika diperlukan OP, ya). Sebab impor sejak awal tahun hingga saat ini sudah 1 juta ton lebih pula.

Jadi bolehlah kita meragu, mana gabah/beras serapan lokal? Enggak ada, ya? Gabah/beras lokal dijual ke pasar oleh para petani dan tengkulak. Itupun masih dijual dengan harga tinggi, belum sesuai HET (ini mengherankan juga, kenapa beras eks impor tidak dilepas saja kalau memang gudang sudah penuh, toh bisa menurunkan harga juga). Artinya? hulu produksi bermasalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun