Mohon tunggu...
Doni Hermawan
Doni Hermawan Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menggebuk Tikus-tikus Anggaran di Sawah Petani

10 Agustus 2018   17:55 Diperbarui: 10 Agustus 2018   20:48 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terbayang nggak, bagaimana rasanya punya uang Rp20 triliun? Mau digunakan buat apa saja? Kalau untuk beli kerupuk dapat berapa kontainer? Kalkulator pun nggak cukup buat menghitungnya. Itu bukan jumlah yang sedikit.

Mungkin nggak dengan dana tersebut, kita bikin sektor pertanian lebih maju dan produktif? Sangat Bisa! Tapi tunggu dulu. Bersiaplah patah hati. Sebab harapan-harapan kita akan swasembada pangan lewat kemajuan sektor pertanian, nyaris seperti tahayul saja.

Tahun ini Kementan punya anggaran Rp22 triliun. Jumlah yang sangat cukup untuk bikin sektor pertanian kita makmur. Tapi keliatan nggak hasilnya? Apakah petani merasakan manfaat anggaran segede itu? Nggak!

Sampai saat ini, para petani masih susah dan harga bahan pangan kita tetap tinggi. Bagaimana tidak? Produksi compang-camping, pasokan ke pasar pun menipis. Alhasil, harga meroket. Meski telah diberi anggaran sebesar itu, Kementerian Pertanian tetap tampil bak macan ompong. Entah apa yang mereka kerjakan selama ini.

Belum lagi dengan ancaman Puso. Petani harus deg-degan setiap masa tanam. Mereka terus-menerus diintai gagal panen akibat sistem irigasi yang selalu tidak siap dengan kedatangan musim kemarau. Juga was-was terhadap serangan hama.

Lalu, untuk apa saja anggaran sebesar itu?

Parahnya lagi, belakangan kita disuguhkan berita-berita korupsi di sektor pertanian. Belum lama, ada Operasi Tangkap Tangan di Medan, melibatkan kepala dinas pertanian yang menilep dana bantuan buat kelompok tani dan kegiatan fasilitas penerapan budaya padi dan palawija. Antara lain, berita ini.

Barang buktinya? Uang tunai senilai Rp 1 miliar, buku rekening berisi uang sebesar Rp 800 juta. Jika ditotal mencapai Rp 1,8 miliar. Gila! Sebanyak itukah yang diembat?

Kemana Kementan yang dulu janji akan membasmi korupsi pertanian hingga ke akar? Praktik haram itu masih merebak kok. Tataran daerah saja praktiknya sudah sebesar itu bagaimana di pusat ya? Jangan-jangan lebih gila lagi. Duh, ngeri.

Jangan salahkan publik jika berpikir bahwa praktik-praktik korupsi serupa inilah yang menyebabkan pertanian Indonesia kembang-kempis. Anggaran di daerah saja digerogoti tikus-tikus dinas pertanian. Sawah-sawah petani diluluh-lantakkan. Pantas saja nilai tukar petani nggak tumbuh signifikan. Sungguh keterlaluan.

KPK jangan diam. Bangun! Usut Kementan! Gebug tikus-tikus anggaran yang mengancam keamanan perut rakyat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun