Mohon tunggu...
Doni Ekasaputra
Doni Ekasaputra Mohon Tunggu... Dosen - Jebolan Mahad Aly Situbondo

Mengolah rasa menuju cinta-Nya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangankan Keturunan Nabi, Pezina Saja Tidak Boleh Dicaci Maki

15 April 2021   18:01 Diperbarui: 15 April 2021   18:05 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Caci Maki diambil dari https://www.merdeka.com/

Ketika Ghamidiyyah sudah menyapihnya, ia kembali datang kepada Rasul membawa anak tersebut.

"Ini Rasulullah, aku telah menyapih anak ini dan memberinya makanan."

Ketika ada sahabat yang siap mengasuh si anak, Rasulullah mengambil anak tersebut dan memberikan kepadanya. Kemudian digalilah lubang untuk Ghamidiyah sampai seukuran dadanya dan dimasukkanlah ia dalam lubang tersebut. Rasulullah lantas memerintahkan orang-orang untuk merajamnya. 

Pada waktu itu juga, Khalid bin Walid turut serta merajam perempuan tersebut dan ia melemparnya dengan batu. Batu yang ia lempar ternyata mengenai kepala perempuan tersebut dan darahnya muncrat mengenai wajah Khalid. Khalid marah besar dan mencaci maki perempuan tersebut.

Mendengar caci maki Khalid, Nabi lantas bersabda,

 "Tenanglah Khalid! Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh perempuan ini telah bertaubat yang seandainya para pelaku kejahatan bertaubat (seperti itu juga) maka akan diterima."

Coba lihat bagaimana respon nabi terhadap serapah Khalid. Nabi sangat menghormati si Ghamidiyah. Kepada pelaku dosa besar seperti zina saja nabi menaruh hormat kepada pelakunya, apalagi lainnya.

Setelah dirajam, Ghamidiyah kemudian dishalati dan dikuburkan layaknya anak adam pada umumnya.

Dalam riwayat lain, sikap nabi ini memantik Umar bin Khattab untuk bertanya kepada Nabi. Umar bertanya,         

 "Apakah baginda nabi akan menyalatinya (Ghamidiyah), sementara dia benar-benar telah melakukan zina?"

Nabi kemudian menjawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun