Mohon tunggu...
Donie Hulalata
Donie Hulalata Mohon Tunggu... Big Data Project Officer -

Seorang pria berkacamata dan bertubuh gempal yang senang berbicara dengan orang lain, baik melalui lisan juga dengan tulisan. Temukan tulisan saya yang lainnya di: Bukan Jurnal Sejarah (http://bukanjurnalsejarah.wordpress.com).

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Aku, Kamu, Rio Haryanto, dan Bapak Menpora

4 Maret 2016   08:29 Diperbarui: 4 Maret 2016   14:25 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat Pagi! Ketika masih kuliah di salah satu kampus swasta di daerah Bandung Selatan, aku memiliki teman-teman yang bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bernama Telkom Choir. UKM di bidang paduan suara mahasiswa. Pada saat 2013 aku masih ingat, kalau mereka akan mengikuti lomba paduan suara pada bulan November 2013 di Praha, Republik Ceko. Tentu saja, secara khusus ini mewakili nama kampus almamater kami. Namun secara umum mereka akan mewakili Indonesia untuk berlomba di “Prague Cantant Festival”, ajang Internasional bergengsi di bidang paduan suara tersebut.

Beberapa hari di Praha, saat pulang ke Indonesia teman-teman Telkom Choir membawa kabar sangat menggembirakan. Tiga medali berhasil di bawa pulang untuk beberapa kategori perlombaan. Indonesia yang diwakilkan Telkom Choir, bersaing dengan 700 tim dari 37 negara di seluruh dunia, setidaknya pulang tanpa tangan kosong. (Baca beritanya di telkomuniversity.ac.id: Telkom EBS Choir Raih 3 Penghargaan Di Praga Cantant Festival).

[caption caption="Tim Telkom Choir yang berhasil memenangkan tiga kategori di ajang paduan suara internasional pada 2013 lalu. (Foto: telkomuniversity.ac.id/Dokpri)"][/caption]

Namun, dibalik cerita kesuksesan pasti ada jalan terjal yang harus dilalui. Begitu pula teman-temanku di Telkom Choir tersebut. Jalan terjal yang dimaksud itu adalah masalah keuangan. Mereka membutuhkan dana yang tidak sedikit, kalau aku tidak salah terka angka ratusan juta rupiah dibutuhkan untuk memberangkatkan mereka.

Sebelum berangkat di bulan November, kurang lebih tiga bulan sebelumnya mereka menghimpun dana dari berbagai macam sumber. Proposal bantuan dana ke kampus dan perusahaan-perusahaan menjadi senjata utama mereka. Namun tentu birokrasi dalam sebuah instansi tidak semudah mengedipkan mata. Ada proses yang harus dilalui, dan itu berdampak pada lamanya persetujuan proposal tersebut. Itu pun kalau memang disetujui.

Selain itu, dalam satu kesempatan, teman-teman Telkom Choir juga menggunakan strategi “Koin Untuk Telkom Choir”. Ini adalah strategi untuk menggalang dana dari mahasiswa di kampus dengan cara menyediakan kotak-kotak sumbangan. Dengan cara ini, mahasiswa lain dapat mewujudkan bentuk perhatiannya dengan cara menyumbangkan uang jajan mereka untuk tim Telkom Choir.

Nah, di sini cerita Telkom Choir ini memiliki kemiripan dengan cerita yang tengah bergulir saat ini yaitu tentang Rio Haryanto. Tapi, bagaimana dua cerita ini memiliki kemiripan?

Telkom Choir mengikuti lomba paduan suara di ajang Internasional, secara umum, untuk mewakili Indonesia. Sementara itu, Rio Haryanto mengikuti kompetisi bergengsi di bidang otomotif dalam ajang Formula 1 (F1) juga secara umum untuk mewakili nama Indonesia. Selain itu, Telkom Choir juga sempat memiliki kendala keuangan untuk berangkat mengikuti lomba itu, sedangkan Rio Haryanto sedang mengalami masalah keuangan untuk mengikuti kompetisi di F1 tersebut.

Dikutip dari kompas.com, Kepala Komunikasi Publik Kemenpora, Gatot S Dewabroto mengatakan bahwa Rio Haryanto membutuhkan dana 15 juta euro atau sekitar Rp 225 Miliar agar bisa berlomba di ajang balap F1 selama satu musim. Saat ini Pertamina sudah mendukung Rio dengan dana 5 juta euro (sekitar Rp 75 Miliar). Dengan demikian, masih dibutuhkan dana kira-kira Rp 150 miliar lagi untuk Rio. (Baca beritanya di Kompas.com: Menpora Relakan Gaji demi Dukung Rio Haryanto).

Dalam artikel berita tersebut, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi mengusulkan solusi untuk mengatasi masalah kekurangan dana tersebut.  Namun, Solusi yang diusulkan Bapak Menpora sungguh fenomenal dan mengundang kontroversial. Ia menyampaikan pendapat agar gaji Pegawai Negeri Sipil dipotong sebesar 50%.

Tentu saja usulan ini mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak. Bahkan Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Jusuf Kalla juga memberikan tanggapannya. Dalam sebuah artikel di tempo.com, menurut ia, usulan ini adalah hal yang berlebihan. Bapak Wapres justru berpendapat kalau pengusaha-pengusaha di Indonesia sebaiknya dapat membantu masalah ini. (Baca beritanya di: Ide Imam Potong Gaji demi Rio Haryanto, JK: Itu Berlebihan!)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun