Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... SEO Specialist - Koi Expert - Acc Officer - Web Designer

Kontak WA 0821 1450 1965

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Narasi "Jepang yang Jujur" vs Frustasi Publik Domestik

14 Juni 2025   21:10 Diperbarui: 15 Juni 2025   16:25 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Jepang | sofi5t/pixabay


Sebuah insiden yang melibatkan lebih dari 24.000 pengemudi dan sistem tol Jepang belakangan ini menjadi sorotan global. Namun menariknya, cara insiden ini dipandang oleh publik internasional sangat kontras dengan reaksi di dalam negeri Jepang sendiri. Di luar negeri, narasi yang berkembang penuh pujian dan kekaguman. Di dalam Jepang, justru dipenuhi kemarahan dan frustrasi. 

Sebab, faktanya adalah bahwa angka 24.000 pengemudi tersebut harus dibandingkan dengan perkiraan total 960.000 kendaraan yang terdampak. Ini berarti hanya sebagian kecil, yaitu sekitar 2,6%, dari pengemudi yang mematuhi permintaan tersebut.

Menghadapi reaksi publik yang negatif dan tantangan logistik untuk menagih hampir satu juta pengemudi, NEXCO Central akhirnya membalikkan posisinya. Perusahaan mengumumkan akan membebaskan semua biaya tol selama periode 38 jam tersebut dan memberikan pengembalian dana (dalam bentuk kartu prabayar QUO) kepada mereka yang telah membayar.

image: news.ntv.co.jp
image: news.ntv.co.jp

Narasi Global: Cermin Kejujuran Bangsa Jepang

Di platform-platform global seperti Reddit, YouTube, hingga forum-forum berita internasional, peristiwa ini dengan cepat berubah menjadi simbol kekaguman terhadap budaya Jepang. Bayangkan: lebih dari 24.000 pengemudi membayar biaya tol yang seharusnya sudah lama berlalu, secara sukarela, setelah diberi tahu bahwa sistem NEXCO Central (perusahaan pengelola jalan tol) mengalami kesalahan teknis dan tidak menagih mereka saat itu.

Netizen internasional menanggapi ini sebagai contoh luar biasa dari budaya kejujuran dan tanggung jawab pribadi. Banyak komentar menyebut bahwa "hal seperti ini hanya mungkin terjadi di Jepang". Tidak sedikit pula yang membandingkannya dengan situasi di negara mereka sendiri, menyatakan bahwa di tempat lain, insiden semacam ini mungkin justru dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk "gratisan massal".

Narasi ini memperkuat stereotipe positif Jepang: masyarakat yang taat aturan, menjunjung tinggi etika sosial, dan memiliki tingkat integritas kolektif yang tinggi. Ini adalah gambaran Jepang yang sudah lama dipopulerkan dalam berbagai dokumenter, berita wisata, dan produk budaya pop -- dan kini, publik global menemukan bukti nyata dalam insiden ini.

Realitas Domestik: Frustrasi terhadap Sistem yang Gagal

Namun jika kita beralih ke dalam negeri, suasananya jauh berbeda. Media Jepang dan forum diskusi lokal seperti 5channel atau Twitter Jepang justru ramai dengan komentar negatif. Sentimen publik lebih banyak menyoroti kegagalan manajemen NEXCO Central dalam memastikan sistem berjalan sebagaimana mestinya. Banyak warga merasa tidak adil harus membayar biaya yang tidak mereka ketahui sebelumnya, dan akibat dari kelalaian teknis perusahaan.

Reaksi umum dari warga Jepang bukan rasa bangga, tapi marah. Dianggap tidak masuk akal bahwa perusahaan sebesar NEXCO bisa membiarkan kesalahan seperti ini terjadi begitu lama tanpa disadari. Apalagi, beberapa pengguna merasa seolah-olah dipaksa membayar untuk sesuatu yang seharusnya sudah ditutup, tanpa klarifikasi yang transparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun