Mohon tunggu...
Don Eskapete
Don Eskapete Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

who am i?

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Buruh-buruh Urban dan Polemik Warung di Bulan Puasa

25 Mei 2018   15:59 Diperbarui: 25 Mei 2018   16:17 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bengkuluekspress.com

Setiap kali memasuki bulan Ramadhan, selalu saja terjadi polemik soal warung makan yang tetap buka saat siang hari. Di beberapa daerah, razia terhadap warung makan kerap terjadi. Salah satu yang masih hangat di ingatan adalah razia yang terjadi di Serang tahun 2016 lalu. Satuan polisi pamong praja menertibkan warung-warung makan, dan seorang ibu pemilik warung menangis karena barang dagangannya disita.

Pro dan kontra tentang boleh tidaknya warung makan tetap berjualan seperti tidak pernah ada akhirnya. Dua opini atau pendapat dari sudut pandang berbeda ramai dibicarakan. Ada yang setuju jika warung makan tidak beroperasi pada siang hari, namun sebaliknya tidak sedikit yang berpendapat warung-warung makan tidak perlu tutup.

Menjalankan ibadah puasa secara penuh dalam satu bulan tentunya menjadi harapan yang ingin bisa dipenuhi oleh umat yang berkewajiban menjalankannya. Sayangnya ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat sebagian orang tidak mampu melakukan hal tersebut.

Saya tinggal di Tangerang, sebuah kota industri yang berada di sebelah barat Jakarta. Puluhan atau ratusan ribu tenaga kerja atau buruh menggantungkan hidupnya dari keberadaan pabrik-pabrik yang ada. Sebagian dari mereka bukanlah penduduk asli kota ini, tapi datang dari daerah lain di Indonesia. Hidup di kota ini selama 20 tahun membuat saya mengenal kehidupan buruh-buruh urban tersebut.

Jarang sekali orang bercita-cita menjadi buruh di pabrik. Menjadi dokter, PNS, pengusaha, atau arsitek bisa jadi adalah profesi yang dicita-citakan oleh banyak lulusan SMA atau perguruan tinggi. Namun karena pertimbangan akan persaingan dan kesempatan yang ada, buruh pabrik akhirnya menjadi profesi yang harus diterima dan disyukuri.

Sebagian besar buruh melakukan pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga fisik. Saya beberapa kali pindah kerja di beberapa pabrik, dan dengan posisi yang lumayan di bagian gudang. Aktivitas-aktivitas di gudang tidak bisa terlepas dari kegiatan fisik, mulai dari penerimaan, penyusunan, hingga pengiriman barang.

Bagian-bagian lain seperti produksi atau maintenance (bengkel), adalah bagian yang juga membutuhkan tenaga fisik setiap harinya. Tak hanya butuh tenaga besar, kondisi lingkungan tempat kerja di pabrik yang biasanya cukup panas tentu membuat tubuh cepat lelah dan  membutuhkan cukup minum agar kesehatan tetap terjaga.

Masuk bulan puasa bukan berarti aktivitas fisik tersebut berkurang. Bahkan tidak jarang beberapa perusahaan tertentu malah mendapatkan pesanan atau order yang meningkat pada bulan Ramadhan, dan harus bisa selesai sebelum lebaran. Jadi mau tidak mau orderan tersebut perlu dipenuhi sesuai target.

Sebuah perkara dilematis bagi umat muslim yang tengah menjalankan ibadah puasa. Di satu sisi ada kerinduan untuk tetap menjalankan puasa secara penuh. Namun di sisi yang lain, pekerjaan juga tidak bisa ditinggalkan karena dari sinilah berasal sumber penghasilan bagi kelangsungan hidup keluarga.

Banyak saya jumpai mereka yang berpuasa dan tetap melakukan pekerjaannya. Namun ada pula yang terpaksa tidak mampu menjalankan kewajiban berpuasa tersebut karena memang jenis pekerjaan yang membutuhkan tenaga seperti yang saya sebutkan sebelumnya.

Kondisi ini membuat mereka perlu minum dan makan, karena jika tidak demikian, bisa-bisa hal yang tidak baik seperti sakit dan sebagainya. Dan jika ini terjadi, mereka malah tidak bisa bekerja yang pada akhirnya berpengaruh terhadap penghasilan bagi keluarganya. Tentu saja makan dan minum tersebut tidak dilakukan secara terbuka atau terang-terangan di depan rekan lain yang tengah berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun