Mohon tunggu...
Donatus Timbu
Donatus Timbu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Seorang Guru

4 Juli 2018   05:24 Diperbarui: 4 Juli 2018   07:00 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di suatu Sekolah Dasar, Ada seorang guru yang selalu berusaha dengan sungguh-sungguh membuat suasana kelas yang baik untuk murid-muridnya. Ketika guru itu menjadi wali kelas 5,seorang anak salah satu murid di kelasnya selalu berpakaian kotor dan acak-acakan. Anak ini malas, sering terlambat dan selalu mengantuk di kelas. 

Ketika semua murid yang lain mengacungkan tangan untuk menjawab kuis atau  mengeluarkan pendapat, anak ini tak mengeluarkan pendapat, anak ini tak pernah sekalipun mengacungkan tangannya. Guru itu mencoba berusaha, tapi ternyata tak pernah bisa menyukai anak ini dan entah sejenak kapan, guru itu pun menjadi benci dan antipati terhadap anak ini. Di raport tengah semester, guru itu menulis apa adanya mengenai keburukan anak ini.

Suatu  hari,tanpa disengaja, guru itu melihat catatan raport anak ini di kelas 1 . Di sana tertulis: "Ceria,menyukai teman-temannya,ramah,bisa mengikuti pelajaran dengan baik, masa depan penuh harapan ,"..

Ini pasti salah ,ini pasti catatan anak raport anak lain ....,"pikir guru itu sambil melanjutkan melihat catatan berikutnya raport anak ini. Di catatan raport kelas 2 tertulis,"kadang-kadang terlambat karena harus merawat Ibunya yang sakit-sakitan,"

Di kelas 3 semester awal,"sakit ibunya nampaknya semakin parah, mungkin terlalu leti merawat,jadi sering mengantuk dikelas,"dikelas 3 semester akhir,"Ibunya meninggal, anak ini sangat sedih terpukul dan kehilangan harapan,"

Dicatatan raport kelas 4 tertulis," Ayahnya sepwerti kehilangan Semangat hidup,kadang-kadang melakukan tindakan kekerasan kepada anak ini,"

Terhentak guru itu dengan rasa pilu yang tiba-tiba menyesakkan dada. Tanpa di sadari diuapun meneteskan air mata, dia mencap memberi label anak ini sebagai anak pemalas, pada hal si anak tengah berjuang bertahan dari nestapa yang begitu dalam.......

Terbukalah mata dan hati guru itu. Selesai jam sekolah,guru itu menyapa si anak: "Bu guru kerja sampai sore  di sekolah, bagaimana kalau kamu juga belajar mengejar ketinggalan,kalau ada yang gak ngerti nanti ibu ajarin,"untuk pertama kalinya si anak memberikan senyum diwajahnya.

Sejak saat itu, si anak brelajar dengan sungguh-sungguh,prepare dan review dia lakukan dibangkunya di kelasnya. Guru itu merasakan kebahagaiaan yang tak terkira ketika si anak untuk pertama kalinya mengacungkan tangannya dikelas. Kepercayaan diri si anak kini mulai tumbuh lagi. Di kelas 6,guru tidak menjadi wali kelas si anak.

Ketika lulusan tiba,guru itu mendapat selembar kartu dari si anak,di sana tertulis."Bu guru baik sekali seperti Bunda, Bu guru adalah guru terbaik yang pernah aku temui."

Enam tahun kemudian,kembali guru itu mendapat sebuah kartu pos dari si anak. Di sana tertulis,"beso hari kelulusan SMA, Saya sanngat bahagia mendapat wali kelas seperti Bu Guru waktu kelas 5 SD. Karena Bu Guru lah, saya bias kembali belajar dan bersyukur saya mendapat beasiswa sekarang untuk melanjutkan sekolah ke kedokteran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun