Hari  itu Syakir ( 7 ) begitu bersemangat. Ia akan membuat, konten video story telling. Membacakan buku berjudul,Apa Itu  Malam Hari - karangan Nyoman Sri Utami. Wih,ini pengalaman pertama terlibat, dalam pembuatan konten digital.
Beberapa hari yang lalu,Syakir dan kawan-kawan sudah dilatih. Bagaimana cara membacakan cerita,dan bergaya di depan kamera  oleh Kak Cita Sinaga dan Kak Kristine Marbun . Keduanya  pengelola  Perpustakaan Cinta  Baca Palembang.
Tak begitu sulit diarahkan. Karena sejak duduk di  PAUD  Syakir sudah  jadi, anggota perpustakaan Cinta Baca Palembang.Selain meminjam buku, Ia dan kawan-kawan  selalu mengikuti acara story telling.Kegiatan pembacaan buku bersama, pengelola dan volunteer. Yang diadakan seminggu sekali.
Nah,pembatasan fisik dan sosial, yang diberlakukan selama dua tahun terakhir.Membuat kegiatan berkumpul sulit dilakukan. Diperlukan kerja keras dan kreativitas, agar program  yang sudah  disiapkan jauh-jauh hari  dapat terlaksana .Kegiatan yang tidak mungkin diadakan secara tatap muka. Dialihkan menjadi kegiatan online.
Bagaimana story  telling  tetap berjalan.Tanpa anak-anak  berkumpul di perpustakaan? Kak Kris dan Kak Cita,berinisiatif melibatkan anak-anak untuk membuat konten digital. Mereka mengunggah konten video ,yang dapat diakses dari media sosial Cinta Baca.
Manfaat  Internet sebagai sarana komunikasi dan berbagi  informasi
Manfaat internet tak terbatas hanya, untuk mengungah konten ke media sosial. Pengelola Cinta Baca juga menggunakan internet untuk  berkordinasi. Dengan mitra kerja yang berada, di luar Kota Palembang.
Sebagai informasi sejak dibuka di  pada tahun 2009. Saat ini Cinta Baca Palembang memiliki 18 pos baca.Yang tersebar di kota Palembang dan 3 Kabupaten, dalam Provinsi Sumatera Selatan.
Sebelum pandemi, untuk  kordinasi dan sosialisasi kegiatan. Kristine dan Cita  akan mendatangi pos baca mereka,satu persatu.Sejak pembatasan perjalanan,dan pembatasan sosial.Kordinasi dilakukan secara online.