Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

G 30 S/PKI adalah Klimaks Pertarungan Ideologi Era Perang Dingin.

30 September 2020   14:22 Diperbarui: 30 September 2020   23:58 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok . Kompas/istimewa

Dan, seperti yang sudah tercatat dalam sejarah,  Gerakan G30 S yang merupakan puncak pertarungan politik antar aliran di dalam negeri sebagai imbas perang dingin, segera merubah peta perpolitikan Indonesia. Pada akhirnya, Indonesia memang tidak memilih kedua ideologi dan tetap memegang teguh ideologi yang sudah dianut sejak kemerdekaan yaitu ideologi Pancasila.

Tetapi ekses pertarungan politik ini memunculkan seorang pemenang yakni pejabat senior AD, Jenderal Soeharto dan menjadikan PKI mengulangi kisah tahun 1948 di Madiun, lagi-lagi menjadi pecundang. Tambahan pula, dikeluarkannya Ketetapan MPRS Nomor : XXV/MPRS/1966 mengakhiri segala kiprah politik PKI di Indonesia, sampai sekarang. 

Kesimpulan.

Kendatipun begitu,  hal ikhwal Gerakan 30 tahun 1965 September masih menjadi misteri sampai dengan saat ini. Tetapi seiring dengan seiring dengan kejatuhan orde baru pada tahun 1998, berbagai elemen masyarakat mulai mempertanyakan kebenaran peristiwa ini.

Rasa keingintahuan ini wajar, apabila dikaitkan dengan ujaran yang menyebutkan bahwa "sejarah ditulis oleh pemenang". Bukankah rezim orde baru sudah tumbang? . Rezim Soeharto digantikan oleh era yang  yang memang bertujuan mengoreksi semua penyimpangan orde baru. 

Rezim Orde baru terbukti merusak berbagai sendi kehidupan bangsa ini dengan masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta sektor ekonomi yang digerogoti kartel dan monopoli pasar. 

Sudah sepatutnya generasi penerus bangsa ini, menguji kebenaran sejarah bangsa ini. Sudah sewajarnya juga mempertanyakan kebenaran dari konten film G30 S/PKI, apakah sesuai dengan bukti sejarah. 

Bagaimana tidak, sesuai pernyataan tim forensik (Brigjen dr Roebiono Kertopati, Kolonel dr Frans Pattiasina. Prof Dr Sutomo Tjokronegoro,dr Laiuw Yan Siang, dan dr Liem Joe Thay.) bahwa sesuai hasil visum, para Jenderal yang gugur tidak mengalami penyiksaan seperti yang digambarkan dalam film picisan karya Nugroho Notosusanto ini.

Nah, Era reformasi punya kewajiban untuk meluruskan sejarah bangsa ini. Bermanfaat sebagai pegangan perjalanan bangsa kedepan dan menghindari hantu G30 S yang dibangkitkan setiap tahun oleh para oportunis politik yang membonceng isu ini.

Tidaklah berlebihan, pidato pendiri bangsa ini, Ir. H. Soekarno di hadapan MPRS tahun 1966,  masih relevan sampai dengan saat ini, "Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!".

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun