Kala menyaksikan pertandingan di Liga Indonesia, atmosfir pertandingan di babak pertama acapkali berbanding terbalik dengan atmosfir pertandingan di babak kedua.Â
Biasanya, pertandingan di babak pertama akan berlangsung seru dan aktraktif, babak kedua tempo permainan menurun drastis dan lambat. Tidak heran, pertandinganpun berubah menjadi monoton dan tidak enak ditonton.Â
Biasanya, kita dan mayoritas penggemar bola lokal langsung menuding akar masalahnya adalah akibat stamina pemain lokal sering kedodoran.
 Bukan hanya penggemar bola saja yang punya pendapat demikian, para praktisi dan pelatih sepakbola lokal juga turut meng-amini tudingan ini.Â
Opini ini tidak sepenuhnya salah, apalagi pelatih sekelas Shin Tae Yong dan Indra Syafri juga mempunyai pendapat yang sama. Memang masalah stamina menjadi PR sepakbola Indonesia di semua level kompetisi, mulai dari pertandingan tarkam sampai ke level kompetisi profesional, Liga Indonesia.
Mungkin statement pelatih Timnas, Shin Tae Yong ada benarnya, beliau mengatakan pemain Indonesia, meskipun bermain di kompetisi profesional, masih tidak disiplin dalam menjaga kondisi fisik dan mengatur asupan nutrisi.Â
Pengatur Tempo
Sesungguhnya, selain masalah stamina, faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan fisik/stamina pemain adalah kecermatan pelatih dan pemain mengatur tempo pertandingan. Tim hebat biasanya mampu menyesuaikan tempo permainan dengan kondisi fisik dan taktik lawan.
Kendatipun tidak semudah berteori, tim yang bermain dengan pengaturan tempo haruslah memiliki Jendral lapangan tengah yang mempunyai kemampuan mengatur tempo permainan sendiri dan mendikte tempo lawan -cepat atau lambatnya tempo permainan-.
Pemain ini biasanya menempati posisi gelandang  dan pastinya memiliki intelegensi dan visi bermain sepakbola diatas rata-rata.