Mohon tunggu...
Donald Haromunthe
Donald Haromunthe Mohon Tunggu... Guru - Guru Seni Budaya di SMA Budi Mulia Pematangsiantar

Saya juga menulis di donald.haromunthe.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

DNA Seorang Penabung

21 April 2016   20:31 Diperbarui: 21 April 2016   20:41 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak satu pun dari kita yang tidak semakin tua. Itu pasti. Tetapi banyak orang yang berusaha menyangkal fakta ini. Ada sekian faktor resiko yang dapat mempengaruhi keamanan finansial. Dan lebih banyak lagi rasionalisasi yang dibangun untuk membentengi diri sehingga merasa aman tanpa harus menabung untuk berjaga-jaga pada resiko yang ada.

Dua macam DNA

Kelompok pemilik rasionalisasi ini secara umum ada dua jenis. Sebagian yang pertama mengambil langkah cukup berani dengan terjun dalam dunia investasi atau berbisnis. Tidak sedikit yang berhasil melihat lompatan eksponensial dalam kehidupan ekonominya. Rekan yang mengamati lompatan itu akan berdecak kagum dan membatin: "Dia itu luar biasa. Sepertinya dia punya tangan Midas, DNA pebisnis, atau semacamnya lah. Bisnis apa saja yang dilakukannya pasti berhasil." Setiap orang pasti bangga jika mendengar sanjungan semacam ini.

Pun tidak kurang yang mesti menerima bahwa menata anggaran pendapatan dan belanja pribadi menjadi satu-satunya pilihan yang tersisa. Sekian kali mencoba berbisnis, mereka gagal. Bertambahnya usia, mereka memilih untuk mengamini realitas bahwa tidak semua orang punya passion berbisnis atau mujur dalam investasi. 

Kelompok yang kedua mengalami sendiri bahwa tidak punya passion di investasi atau bisnis bukan berarti tidak bisa memaksimalkan dana yang ada. Terutama di Indonesia, jumlah kelompok inilah yang kini meningkatkan jumlah penabung di bank. Entah mereka mengikuti anjuran dari Gerakan Indonesia Menabung yang dicanangkan Bank Indonesia pada era Pak SBY, ataupun sudah memiliki kebiasaan menabung bak DNA yang menuntun mereka pada pilihan untuk menyimpan sebagian dana dari pendapatan, berjaga-jaga terhadap resiko yang bisa datang kapan saja mengganggu keamanan finansial.

Alih-alih menyimpan uang di bawah bantal atau menggali tanah di tengah kebun samping rumah, mereka menitipkan uangnya di bank. Mereka masih bisa tertidur lelap malam harinya usai menyetor simpanan di bank karena mereka tahu bahwa ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjamin dana mereka tidak akan dibawa kabur oleh pihak bank. 

Mengingat LPS hanya menjamin maksimal dana dua milyar di simpanan bank, maka tulisan ini hingga selanjutnya lebih mengena pada masyarakat dari golongan menengah ke bawah. 

Apa itu DNA Penabung

Jika kebiasaan menabung dianalogikan sebagai DNA yang memberi blue print pada karakter, maka DNA seorang penabung bisa ditemui pada mereka yang jujur meng-aku-i bahwa setiap orang rentan terhadap resiko-resiko yang siap merongrong kemapanan finansial.

Kinerja karyawan yang berkurang berbanding lurus dengan balas jasa yang diterimanya dari perusahaan pemberi upah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun