Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Becadar, Syariat atau Fesyen?

16 Juni 2020   13:51 Diperbarui: 16 Juni 2020   13:49 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal kemunculan perempuan becadar di Indonesia sempat menuai polemik bahkan mereka sempat rundung netizen. Mereka dianggap sebagai Islam radikal atau kelompok fanatik agama dan deretan hinaan lainnya. Mereka tak tinggal diam dengan segala hinaan itu, mereka berpendapat bahwa cadar dapat menghindarkan diri dari kekerasan seksual yang kerap dilakukan para lelaki.

Kini polemik itu sudah berkurang bahkan nyaris tidak kita dapati lagi. Bahkan cadar dianggap fesyen trend masa kini, apalagi di tengah pandemi yang mengharuskan menggunakan cadar. Cadar kini sebagai pengganti masker guna mencegah penularan korona. Cemoohan terhadap pengguna cadar pun dengan sendirinya berkurang. 

Korona ternyata hadir bukan hanya sebagai penyakit namun sebagai penghenti konflik yang tak penting itu. Konflik fesyen yang kerap terjadi di Indonesia, negeri yang beberapa warganya masih sangat peduli dengan simbolistik. 

Pakai celana gantung dianggap Wahabi padahal pria di Korea juga mengenakan celana gantung (cingkrang). Fesyen pun dijadikan bahan konflik.

Begitulah nasib pengguna cadar sebelum datangnya korona. Bahkan sebelumnya sudah ada kelompok becadar yang gemar selfie, itu menunjukkan bahwa menggunakan cadar telah berdimensi fesyen, bukan lagi urusan syariat Islam. 

Fenomena itu menarik kita cermati sekaligus kita syukuri. Biarlah seseorang memakai pakaian yang enak dipakai menurutnya, jangan dikaitkan dengan isu yang macam, apalagi isu terorisme.

Bahkan saat isu terorisme sedang hangat dibicarakan, teman saya yang senang memelihara janggut ketakutan. Takut dituduh kelompok teroris. Kasus pria berjanggut inipun mirip dengan kasus cadar, padahal Karl Marx, dan Socrates juga berjanggut. Apakah mereka kelompok Islam radikal. Bisa jadi janggut hanya gaya hidup, fesyen, tidak serta merta kelompok teroris.

Terkadang gaya kita berpakaian, cara kita berpakaian, sangat mudah divonis ini dan itu. Padahal beberapa orang berpakaian seperti menggunakan cadar hanya ikut trend terkini. Itulah mengapa kemudian muncul pertanyaan, Anda becadar karena syariat atau fesyen. Satu hal yang harus kita sepakati, apapun alasan mereka becadar, kita tak boleh merudung mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun