Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ghibah Para Ustaz

4 Juni 2020   20:27 Diperbarui: 4 Juni 2020   20:42 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini saya dan barangkali Anda sering mendapatkan video singkat para ustad di media sosial yang kerap saling sindir. Bahkan sampai memvonis ustad itu golongan A dan patut diwaspadai. Saling sindir dan bahkan membuka aib para ustad di media sosial sudah sangat memprihatinkan.

Meski hanya oknum namun ucapan mereka sangat meresahkan. Bagi saya sudah termasuk memecah belah umat bahkan bangsa. Sangat jarang kita jumpai mereka mengakhiri ceramah dengan ungkapan; "bisa jadi yang saya sampaikan benar namun ada salahnya dan yang disampaikan si fulan bisa jadi salah namun ada benarnya". Malah yang kita dengar pendapatnya yang paling benar dan pendapat orang lain.

Bagi saya ceramah berbau ghibah di Indonesia sudah sangat mengerikan. Sebagai publik figur dengan puluhan bahkan ratusan pengikut, ucapan mereka pastinya berimplikasi bagi umat. Di media sosial kita kerap saksikan para pengikut ustad saling 'serang', sungguh memilukan. Bukankah dengan pengajian-pengajian yang mereka lakukan harusnya akhlak semakin baik. 

Imam Zainuddin al-Juba’i al-Amili as-Syami (w 965 H) dalam karyanya yang berjudul 'Kasyf ar- Raibah ‘An Ahkam al-Ghibah'. Salah satu sebab kita melakukan ghibah karena ingin mendegradasi objek ghibah. Bisa jadi muncul karena persaingan tak sehat, semoga oknum ustad yang melakukan bukan karena berebut umat (pengikut). Lalu bagaimana sikap kita atas prilaku oknum ustad-ustad yang saling menjatuhkan.

Karena kita tak tahu siapa yang paling disayangi Allah Swt. ada baiknya kita tidak ikut-ikutan dalam konflik fiqh tersebut. Lebih baik kita dengar saja dan analisa mana yang terbaik menurut hati kita tanpa menghina pendapat yang tidak kita pilih. Syariat memang penting namun hakikat tak kalah penting terutama menjaga persatuan sesama kita. Akal harus kita latih agar tidak membabi buta mengikuti.

Semoga saja kita terhindar dari penyakit hati yang mudah menular. Sayangnya, penyakit hati yang satu ini tidak ditangani seserius korona. Barangkali karena kematian hati jarang sekali kita perhatikan, barangkali kerusakan hati tak terasa sakit sebagaimana penyakit fisik. Padahal, hati yang sakit juga memengaruhi imun fisik kita. Tanpa kita sadari, jiwa yang 'sakit' akan mendatangkan beragam penyakit fisik.

Harapan kita semua, para ustad yang menerangkan hukum-hukum Islam tidak saling membuka aib. Tidak saling menjatuhkan, selalu mengawali pembahasan tidak menyalahkan pendapat dan pandangan orang lain. Sehingga umat pun tidak saling menyalahkan di media sosial maupun di alam nyata. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun