Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Siapakah Dalang Konflik Papua?

2 September 2019   14:42 Diperbarui: 2 September 2019   14:56 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini (2/9/2019) Wapres JK berkunjung ke Aceh. Ada beberapa agenda negara yang akan dilakukan JK selama lawatan singkatnya di Aceh. JK sebagai termasuk tokoh yang menghadirkan perdamaian antara RI-GAM sehingga Aceh kembali damai.

Namun menarik kita baca pernyataan JK soal Papua yang dimuat CNN Indonesia (29/1/2019), meski pernyataan lama namun masih relevan dengan kondisi kekinian. JK mengisyaratkan senjata akan bicara apabila dialog gagal dilakukan. Tentu saja pernyataan ini tidak salah apalagi jika memang kelompok bersenjata terus melakukan kekerasan. 

Pernyataan JK tampaknya lebih tegas dari Jokowi? Tidak juga. Pasalnya JK bukan kepala negara dan tidak mendapat tekanan dari negara lain. Kita percaya Jokowi mendapat tekanan dari negara-negara yang memiliki kepentingan atas Papua. Mereka menjadikan isu HAM sebagai 'senjata' menekan Jokowi.

Dalam konflik bersenjata mustahil pelanggaran HAM tidak terjadi. Invasi PBB yang dimotori Amerika Serikat ke Irak pasti terjadi pelanggaran HAM. Tapi mereka diam, mengapa? Mereka sudah berbagi minyak dan gas Irak. Artinya isu rasisme dan HAM merupakan 'pintu' masuk bagi para pengincar emas Papua.

Modus mereka sebenarnya sangat mudah dibaca. Mereka akan menggunakan LSM dan PBB sebagai jalur menekan Jokowi. Itulah mengapa rakyat Papua jangan sampai terprovokasi oleh hasutan segelintir orang yang bisa jadi agen dari badan intelijen negara luar. Mereka berkhutbah seolah-olah benar-benar tulus ingin menegakkan HAM.

Negara-negara yang berteriak pelanggaran HAM di Papua, kalau kita mau jujur, mereka pelanggar HAM yang bebas bersuara. Bahkan mereka diam ketika rakyat Palestina dibantai tanpa ampun oleh Israel. Mereka juga diam atas pelanggaran HAM di Korea Utara. Sikap mendua mereka menjadi rujukan bagi Jokowi. Kesalahan Habibie pastinya tidak akan diulangi Jokowi, itulah mengapa Jokowi tidak tampak keras namun tetap tegas.

Konflik di Papua tidak bisa dilihat dari satu dimensi saja. Dimensi ekonomi menjadi penting mengingat semakin langkanya sumber daya alam sementara kebutuhan terus meningkat. Negara-negara besar mengincar sumber daya alam agar tetap kokoh dalam percaturan internasional. 

Isu identitas menjadi penting dipropagandakan. Entah itu identitas agama maupun kesukuan. Konflik atas nama identitas kian marak terjadi di Indonesia. Bagi mereka dengan mudah terpancingnya rakyat Indonesia, mudah marah, adalah lahan mengadu sesama anak bangsa.

Kita perlu melampui identitas kita. Jangan mudah terpancing dengan berita viral. Tetap selidik ketika ada berita yang menyudutkan agama dan suku kita. Kita negara hukum sehingga mekanisme yang ditempuh sangat jelas. Jangan sampai dalang yang senang memprovokasi merasa menang.

Itulah mengapa kita harus banyak membaca. Bacalah sejarah dimana konflik atas nama agama dan suku sudah pernah terjadi. Bacalah bagaimana konflik itu bukan hanya merusak diri akan tetapi anak-anak harus pula merasakan kekerasan konflik tersebut. Konflik hari ini mengancam masa depan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun