Pada masa kampanye pilpres 2014 Jokowi pernah berjanji akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen. Namun hingga akan berakhir masa jabatannya angka pertumbuhan ekonomi belum mencapai 7%. Ekonomi kita Ekonomi sejak tahun 2015 sampai 2018 hanya mampu tumbuh di kisaran 4,88-5,17%.Â
Lalu pemerintah menjawab hal itu disebabkan perlambatan ekonomi global dan situasi geopolitik yang tanpa kepastian. Bisa saja alasan tersebut benar namun bagaimana dengan ekspor-impor kita. Faktanya kita masih tertinggal dari Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura.Â
Satu hal pasti, Janji Jokowi soal pertumbuhan ekonomi 7 persen telah gagal dipenuhi. Meski dengan dalih perlambatan ekonomi global dan geopolitik, masyarakat tetap menilai janji tersebut gagal dipenuhi.Â
Barangkali itu pelajaran penting bagi kita semua, janji kampanye itu hendaknya realitis jangan muluk-muluk. Sebaiknya Jokowi meminta maaf pada rakyat Indonesia karena gagal memenuhi janji kampanyenya pada 2014.
Pada periode kedua sebaiknya Jokowi lebih hati-hati. Jangan berjanji hanya menyenangkan hati sebentar namun di kemudian hari malah menyakitkan. Kegagalan pertumbuhan ekonomi kita diikuti dengan menurunnya investasi. Pada awalnya investor berbondong-bondong namun kemudian mulai mengurangi volume investasi.Â
Sesuatu yang merugikan. Mengutip laporan United Nations Conference on Trade and Development, penyebab penurunan FDI yang berorientasi pasar domestik adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hal di atas bisa disimpulkan bahwa rapor ekonomi selama 5 tahun ini merah. Jokowi gagal memenuhi janji kampanye 7 persen pertumbuhan ekonomi. Kegagalan itu harus dibayar pada periode kedua ini.Â