Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ngrasani Rekan Kerja Itu Wajar, tapi Jangan Keterusan Dong

16 September 2020   12:32 Diperbarui: 16 September 2020   12:44 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://asset.kompas.com/

Lidah tak bertulang. Kalimat bijak ini memang terdengar klasik di telinga sebagian besar orang, Meski begitu, kalimat ini acapkali digunakan sebagai wejangan bagi tiap orang karena  memiliki makna yang sangat dalam bagi kehidupan manusia sampai kapanpun.

Di lingkungan pekerjaan, sering kita jumpai satu atau dua orang yang doyan ngrasani rekan kerjanya. Ngrasani dalam berbagai hal, mulai dari hal penting membahas kinerja dari rekan kerjanya sampai hal yang sangat-sangat tidak penting.

Ibarat pertunjukan drama, masing-masing orang di lingkungan pekerjaan sudah memiliki peran. Ada yang cerdas, lambat memahami pekerjaan, malas, pintar mencari muka, cerdas tapi hobinya nyacati kinerja orang, rajin, sok bijak hingga diam saja - entah tidak suka ngrasani sesama rekan kerja atau memang tak acuh dengan topik yang sedang dibicarakan.

Bagi saya, sifat doyan (suka) ngrasani rekan kerja itu manusiawi. Artinya, manusia tidak luput dari dosa. Namun, jika hal itu dilakukan terus menerus dan rekan kerja yang dirasani hanya itu-itu saja, maka yang ada hanyalah rasa muak dari si pendengar.

Kita sebagai makhluk sosial sejatinya perlu berinteraksi dengan sesama. Nanti kalau nggak mau kumpul dikira sombong atau sok sibuk. Padahal ya enggak juga. Ketika kumpul di jam istirahat, mendengar celetukan si A ngomongin soal kinerja si B. Keesokan harinya, si B lagi yang menjadi bahan rasan-rasan. Begitu seterusnya.

Lama kelamaan, si pendengar paham bahwa orang yang suka ngrasani memiliki sifat yang tidak baik. Apapun motifnya, yang jelas orang tersebut suka ngrasani atau menjelek-jelekkan kinerja rekan kerjanya entah dari etos kerjanya, program yang ditawarkan, penampilan, tutur katanya, perilakunya hingga kendaraan yang dipakai.

Agar lepas dari belenggu ngrasani, lebih baik kita mundur alon-alon (mundur pelan-pelan). Artinya, mulai menyibukkan diri selama jam kerja tapi yang positif, bukan malah streaming film. Lalu, mengurangi intensitas berkumpul dengan orang yang doyan ngrasani. Awalnya memang sulit dan penuh cobaan.

Nanti, ada celetukan sombong nggak pernah kumpul, sok sibuk, sudah nggak mau kumpul bahkan mungkin terucap kalimat-kalimat kasar meski dibumbuhi dengan lawakan. Meski begitu, tetaplah pada prinsip awal dan jangan gentar.

Jika itu sudah berhasil dilakukan, biasanya anda yang menjadi sasaran atau bahan ngrasani di episode selanjutnya. Sekalipun itu terjadi, tidak perlu menggubris. Fokus menyelesaikan pekerjaan. Jika memang orang tersebut dirasa cukup mengganggu kinerjamu, sampaikan kepada atasan saat evaluasi kerja.

Sesekali jika anda ingin berkumpul dengan mereka yang doyan ngrasani, jangan sungkan, canggung maupun takut. Pasti akan banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka. Ikuti dan nikmati alurnya, termasuk sindiran yang cukup ditanggapi dengan jawaban seperlunya diikuti senyuman manis. Intinya, tetap berinteraksi tapi tahu batasan-batasannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun