Mohon tunggu...
Dominikus Waruwu
Dominikus Waruwu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, menonton film, berolahraga, menulis dan belajar musik. Saya ingin membuat hari-hari saya terisi dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan supaya hidup menjadi maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Mengapresiasi Pendapat Anak-anak

12 Juni 2022   13:28 Diperbarui: 12 Juni 2022   13:45 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seorang anak bernama Buddly tinggal bersama kakek dan neneknya di suatu pedesaan. Sedangkan orangtua bersama ketiga saudaranya tinggal di sebuah apartemen di kota Medan. Mereka memilih tinggal di kota supaya tidak terlalu jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja. Buddly sengaja memilih tinggal bersama kakek dan neneknya untuk membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah. Biaya hidup mereka semuanya ditanggung oleh orangtuanya. Kakeknya sudah tidak dapat membajak sawah lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka bertiga di usianya yang ke enam puluh. Sedangkan neneknya sudah lama terpaksa duduk di kursi karena stroke. 

Buddly punya kebiasaan menyampaikan pemikirannya secara spontan. Ketika melihat suatu kejadian, ia selalu ingin mengampaikan perasaannya, kritik dan juga menawarkan alternatif solusi yang mungkin ditempuh. Kakeknya tahu bahwa cara berpikir Buddly sangat dangkal dan bahkan tidak rasional. Tetapi ia menyikapi dengan bijak. Ia tidak serta merta memarahi cucunya itu. Tetapi ketika Buddly berbicara, ia menunjukkan sikap memperhatikan. Ia mengaku selalu penasaran pada apa yang dipikirkan oleh Buddly. Hal ini membuat Buddly senang dan bangga karena merasa dihargai dan didukung. Ia selalu antusias memikirkan suatu solusi atas masalah yang terjadi.

Seiring berjalannya waktu, Buddly pun terbiasa menyampaikan gagasan dengan penuh rasa percaya diri. Ia terlatih untuk berpikir sendiri dan menyampaikannya dengan sistematis serta menarik. Ia tidak menyadari kalau kultur positif yang dibangun dalam keluarga ini menjadi modalnya dalam menjalani hidup di kemudian hari. Ketika dewasa, ia punya passion  pada public speaking. Ia pun tidak merasa kesusahan untuk menjalankan semua tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya karena sejak kecil telah diberi dukungan dan kesempatan dalam keluarga sejak ia masih kecil.

Melalui kisah di atas, kita dapat belajar beberapa hal. Pertama, keluarga seharusnya membangun budaya saling mendengarkan satu dengan yang lain. Tanggapan atau yang diberikan oleh orang lain atas suatu tindakan seorang anak akan mempengaruhi keputusannya dalam bertindak di kemudian hari. Tindakan yang baik walaupun tidak sempurna seharusnya ditanggapi secara positif, misalnya dengan mengapresiasi, memberi perhatian atau memberi hadiah. Sehingga anak itu tertantang untuk melakukannya lagi. Dan ketika ia melakukannya terus menerus, hal itu akan menjadi kebiasaan. Pada dasarnya, kebiasaan akan menjadi karakter. Nah, pertanyaannya adalah karakter seperti apa yang kita bangun dalam diri anak-anak di keluarga kita?

Membangun keberanian untuk berbicara dengan baik bagi kebanyakan orang bukanlah hal yang mudah. Orang yang tidak terbiasa melakukannya akan merasa gugup, takut, gemetaran atau bahkan trauma karena pengalaman dipermalukan di masa lalu. Misalnya, orang dewasa sering memarahi anak-anak mereka yang memiliki banyak ide cemerlang tetapi tidak kuat bekerja. Padahal tidak semua manusia dapat menjadi pekerja keras yang mengandalkan kekuatan fisik. Ada orang yang tidak dapat bekerja keras secara fisik tetapi memiliki dasar yang baik untuk berbicara dengan baik atau berpikir dengan baik.

Berilah waktu bagi anak-anak untuk menyampaikan pendapat, beri perhatian anda pada mereka. Kita perlu mengingat bahwa manusia adalah homo socius yang artinya makhluk berteman. Dalam menjalin relasi dengan sesama manusia, seseorang harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun