Salah satu kebiasaan masyarakat Indonesia jelang berbuka puasa ialah ngabuburit atau mencari takjil. Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Nasional Anti Narkotika (DPP GRANAT) punya cara tersendiri dalam mengisi ngabuburit di bulan Suci Ramadan dengan pengabdian dalam bentuk penyuluhan bahaya narkoba kepada anak-anak jalanan di kolong jembatan Jelambar, Grogol, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Penyuluh DPP GRANAT yang memberikan pemahaman bahaya narkoba ialah Ibu Evie Rantian Jacobus, Departemen Pembinaan dan Pendidikan.
Dengan berseragam GRANAT, Ibu Evie hadir di tengah anak-anak jalanan yang juga ditemani ibunya yang sedang menyusui adiknya yang masih bayi.
Kegiatan ini bekerjasama dengan Yayasan Nanda Dian Nusantara. Setelah penyuluhan, pengurus DPP GRANAT yang merupakan Ormas yang dipimpin Ketua Umum DPP GRANAT Henry Yosodiningrat tersebut membagikan paket buka puasa dan makanan ringan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kolong jembatan Jelambar.
Inisiator kegiatan, Wasekjen DPP GRANAT Nita Ashar Hartawan mengatakan, semua anak berhak mendapatkan penyuluhan tentang bahaya narkoba, tidak hanya pelajar-pelajar di sekolah, justru anak-anak tidak mampu di jalanan ini menurut Nita, adalah kelompok masyarakat yang paling rentan menjadi sasaran peredaran gelap narkoba dikarenakan oleh banyak faktor sosial.
"Granat akan terus melakukan penyuluhan anti narkoba terhadap anak-anak ini secara berkesinambungan," ujar Nita.
Selang beberapa hari setelah itu, DPP GRANAT kembali memberikan penyuluhan bahaya narkoba kepada anak-anak di Joglo Nusantara, Setu Pengasinan, Sawangan, Depok, Sabtu (24/4/2022).
Terlihat anak-anak begitu antusias, mendengarkan cerita para penyuluh diantaranya Anggota Departemen Kerjasama Antar Lembaga DPP GRANAT Ignatia Larasati, Wasekjen DPP GRANAT Nita Ashar Hartawan dan Wakil Kepala Departemen Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) Bagas Kurniawan.
Para penyuluh menggunakan metode bercerita atau storytelling, dengan disisipkan pesan bahaya penyalahgunaan narkoba. Anak-anak yang menyimak, begitu fokus, tidak ada yang asyik main sendiri, bercanda ataupun lari-larian. Setelah selesai acara, para anak-anak tetap meminta lanjut. Mereka merasa menyimak materi penyuluhan narkoba seperti mendengarkan dongeng, sehingga tidak boring atau kebingungan dengan istilah-istilah yang berat.
