Mohon tunggu...
Nurfahmi Budi Prasetyo
Nurfahmi Budi Prasetyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kalau lagi mood

Penguber kuliner, tertarik politik & penggila bola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gadis Cilik Penghuni Istana Itu Kini Sudah Terima 7 Gelar Doktor Honoris Causa

8 Maret 2018   22:12 Diperbarui: 8 Maret 2018   22:18 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis cilik berlari riang bersama kakak dan adik-adiknya yang masih balita. Di sudut taman Istana Merdeka, Ega---begitu ia dipanggil ayahnya ketika kecil---terpaksa menjalani masa kanak-kanak dan sekolahnya di Kampung Istana, demikian ia menamakan lingkungannya.

Karena alasan keamanan, si gadis cilik dengan nama lengkap Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri itu harus bersekolah bersama anak tukang kebun, pekerja dan pelayan istana di TK Gazebo. 

Nama sekolahnya asal sebut saja, mengingat ada gazebo di pojok taman Istana Merdeka, tempat anak-anak Presiden bermain dan dikenalkan pendidikan formal. Dikelilingi tembok tebal, dan lingkungan yang monoton, membuat gurunya menyarankan agar Ega bersekolah di luar Istana, dengan tujuan bisa mengenal dunia lebih luas dan bisa berinteraksi sosial.

Jadilah Ega yang kita kenal dengan Megawati Soekarnoputri, putri Proklamator dan Presiden pertama RI, Bung Karno, melanjutkan SD hingga SMA di Perguruan Cikini (Percik). Dalam sebuah kenaikan kelas, Percik memberi bintang pada seluruh siswa yang bersekolah dari TK sampai SMA. Megawati tidak termasuk yang memperoleh bintang karena tidak bersekolah di TK Perguruan Cikini.

Penasaran tak dapat bintang, Mega bertanya pada ayahnya. "Sebenarnya TK-ku dulu apa Pak?" Ia heran mengapa tidak memperoleh bintang seperti temannya yang lain.

Ya, ternyata TK-nya dulu adalah TK Istana. Dari namanya, TK Istana sangat keren. Padahal yang dimaksud adalah sekolah di gazebo, semua terbuka. Tidak ada pintu. Kisah enam dekade lebih di atas bersumber dari buku "Cerita Kecil Dari Cikini" karya Kristin Samah.

Hari ini, 8 Maret 2018, tepat diperingatinya Hari Perempuan Sedunia, Institut Pemerintahan Dalam Negeri menganugerahi si Ega kecil yang pernah TK di Kampung Istana itu menerima gelar Doktor Honoris Causa untuk ketujuh kalinya.

Di Kampus Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, gelar Doktor H.C Bidang Politik Pemerintahan itu disematkan kepada Megawati oleh Anggota Senat dan Promotor. Ketum PDI Perjuangan itu dipertimbangkan menerima gelar yang sangat prestise dalam dunia akademis karena peran dan kebijakannya ketika menjabat sebagai Presiden RI dalam tahun 2001-2004.

"Tim promotor menyadari betul besarnya peran dan manfaat kebijakan Megawati yang hingga saat ini masih konsisten," kata Rektor sekaligus Ketua Senat IPDN Ermaya Suradinata dalam pembacaan pertanggungjawaban akademik sebelum penyerahan gelar.

Senyuman merekah manis dilempar kepada setiap tamu undangan yang datang. Dalam iring-iringan bersama Rektor dan Anggota Senat IPDN, Mega dengan toga dan seragam lengkap khas wisuda, berjalan ke podium.

Gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) dalam dunia akademik dianggap prestasi yang membanggakan. Sebuah apresiasi terhadap karya anak bangsa dan sumbangsihnya terhadap tatanan peradaban. Gelar Doktor Honoris Causa (HC) memang tak sembarangan dikeluarkan sebuah institusi pendidikan, karena menyangkut jasa dan karya luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun