Mohon tunggu...
Doly Fillamenta
Doly Fillamenta Mohon Tunggu... Musisi - sediakanlah waktu untuk bersenang-senang

saya adalah seorang penulis, peneliti, komposer, arranger, violinist, saxophonist dan flutist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penandaan Eksistensi melalui Subjektivitas Esoterik dan Transendental

23 Januari 2021   09:30 Diperbarui: 23 Januari 2021   09:32 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penandaan Eksistensi melalui Subjektivitas Transendental

Praktek ini di satu sisi merupakan hasil jukstaposisi penerjemahan fungsi seni modern sebagai pencarian yang ideal dengan fungsi seni rupa secara primordial bahwa seni, bagaimana pun tetap merupakan ekspresi penyerahan diri akan tetap berada di bawah 'sang ideal' tersebut, dalam hal ini pengaruh religiositas dan kepercayaan terhadap 'campur tangan Ilahi" atau "Cinta Ilahiyah" menjadi stimulan utama penciptaan. Sesuatu yang sebenarnya telah berkembang sejak kesenian masih disebut sebagai "seni tradisional" yang menjadi karakteristik masyarakat agraris dan pagan.

Dalam dinamika budaya kontemporer, hal ini berkembang dalam seni rupa dengan mencampuradukkan elemen-elemen antara subjektivitas diri tersebut dengan nilai-nilai spiritual di luar dirinya, sebuah "spiritual creative transgression" yang sedikit banyak mencerminkan "metode ekspresi sufistik" yang banyak juga tersirat dalam karya-karya sastra religius modern.

Sebuah permainan intertekstual antara elemen-elemen subjektivitas dan hubungan manusia dengan 'Yang Di Atas'. Manusia langsung dapat berkomunikasi dengan Tuhan/Alam dan mengekspresikan ke-Ilahi-an melalui subjektivitasnya sendiri, dan seni rupa memberikan sarana yang sangat lezat untuk itu, seperti yang dapat dilihat dalam karya-karya antara lain I Nyoman Erawan yang sejak dulu secara kukuh menjadikan ini sebagai subject-matter-nya, Metafor buku dan kertas Setiawan Sabana, ritme objek dan ruang dalam figure-figur batu melayang Yani Mariani, Nunung WS dengan abstraksi warnanya, dan lain-lain dalam kompilasi ini.

Penandaan Eksistensi melalui Subjektivitas Esoterik

Dalam kamus Mirriam Webster, 'Esoteric' atau 'Esoterik' dimaknai sebagai : "1 a: designed for or understood by the specially initiated alone (a body of esoteric legal doctrine --- B. N. Cardozo) b: requiring or exhibiting knowledge that is restricted to a small group (esoteric terminology); broadly : difficult to understand (esoteric subjects); 2 a: limited to a small circle (engaging in esoteric pursuits) b: private, confidential (an esoteric purpose)".

Kecenderungan esoterik dalam karya seni rupa terutama oleh generasi perupa pasca 90-an adalah salah satu cermin gelaja ekspresi subjektivitas yang sebagian secara sadar ingin bebas dari verbalisme dan metafora naratif dalam merepresentasikan diri dan jiwa, dan sebagian lagi secara tidak sadar adalah hasil penyerapan visual akan ikon-ikon dalam budaya visual kontemporer yang sarat 'polusi visual', yang kemudian direspon oleh perupa dengan menciptakan 'ikonografi personal' dengan sistem penandaan dan pemaknaan yang sangat terfragmentasi.

Ekpresi eksistensi esoterik adalah juga refleksi hasrat perupa untuk berkomunikasi namun dengan strategi ex-komunikasi, visualisasi yang berjarak terhadap diri sendiri. Daya tarik dari keberjarakan ini justru yang menciptakan relasi antara si karya dan audiens, karena memberikan sebuah nuansa sublim atau bisa juga surreal yang menggelitik untuk diraih namun tak pernah bisa sepenuhnya.

Permainan tekstual keberadaan ini seperti tergambar dalam karya-karya Eko Nugroho dengan lingo Daging Tumbuhnya yang telah menjadi ikon visual baru seni rupa kontemporer, Davy Linggar dengan alienasi objek dalam foto, dan Ay Tjoe Christine yang menggoreskan bagian-bagian dirinya melalui dry-point, kompilasi ini yang dapat juga disebut sebagai 'perayaan non-verbal', atau,merombak sedikit kutipan dari Claire Holt di atas, "Keberhasilan para perupa dalam mengalihkan dirinya pada benda (rupa), membuatnya tampak, dan memberinya eksistensi yang (jauh) terpisah dari dirinya".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun