Mohon tunggu...
Dr.Ari F Syam
Dr.Ari F Syam Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi, Praktisi Klinis,

-Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM (@DokterAri) -Ketua Umum PB Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Harapan Ibu Seorang Dokter Wanita

30 Desember 2019   19:18 Diperbarui: 30 Desember 2019   19:13 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Curhat orang tua seperti ini kembali terulang. Biasanya memang dari ibu tapi kadang juga dari Bapak. 

Curhat dari seorang ibu yang anaknya sudah mempunyai profesi tetapi tidak menjalankan profesinya karena hanya diminta  sebagai ibu rumah tangga.

Kali ini kebetulan curhat ibu atas anaknya yang dokter. Tapi kali ini memang lebih terenyuh, saya punya anak dokter tapi tidak pernah praktik sebagai dokter, Dok? Kata seorang ibu yang kebetulan jadi pasien saya. Karena alasan klasik tidak boleh praktek dan tidak boleh ambil spesialis dan hanya cuma jadi ibu rumah tangga oleh suaminya.

Kebetulan suaminya memang merasa mampu membiayai istri dan anaknya tanpa perlu istrinya bekerja. Mungkin si suami lupa bekerja sebagai dokter bukan semata2 menghasilkan uang ada sisi sosial yang besar ketika seseorang menolong orang sakit dan meringankan penderitaan orang lain.
Anak saya  pintar dan dapat beasiswa Dok..imbuh ibu tadi.

Kadang kala kata si Ibu tadi,  anak saya menangis kalau ingat teman2nya tetap praktik  dan menjadi dokter favorite. Kalau pasiennya banyak kan artinya bisa menolong banyak orang. 

Mungkin juga ibu tadi merasa lebih senang kalau menerima uang dari jerih payah anaknya sendiri dan bukan dari pemberian suami anaknya. 

Saya terdiam dan mengingat2 lagi bagaimana susahnya seseorang bisa diterima sekolah di FK dan perjalanan panjang menjalani hari2 sebagai mahasiswa kedokteran baik pre klinik maupun ketika menjadi ko ass atau dokter muda. 

Tawa dan tangis bergantian saat hari2 menjalani kehidupan sebagai mahasiswa kedokteran untuk mencapai berbagai kompetensi untuk bisa meraih gelar dokter dan rata2 ini berlangsung selama 5.5 - 6 tahun. 

Buat seorang ibu juga bukan perjalanan yang mudah mendampingi ananda tercinta ketika menjadi sesorang mahasiswa, seberapa sering doa yang dipanjatkan kepada Yang Maha Kuasa sehabis Sholat atau di tengah malam ketika menemani ananda belajar untuk ujian atau menemani menyelesaikan tugas. 

Sejatinya fakultas, universitas maupun negara juga memberikan subsidi yang besar ketika membiayai seorang mahasiswa menjadi dokter.

 Saya yang saat ini menjadi dosen juga ikut kecewa, karena gelar dokter yang merupakan amanah dan dipertegas saat dokter tadi mengucapkan sumpah dokter tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh anak ibu tadi peserta didik kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun