Mohon tunggu...
Nurdin Putra
Nurdin Putra Mohon Tunggu... Dokter - penulis dan praktisi sehat

All for Hypnosis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satuan Masa Keilmuan yang Hilang Tak Segera Terganti

10 April 2020   15:28 Diperbarui: 15 April 2020   22:08 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari sciencenode.org

* Kala Covid19 belum menentu antara hilang dan tiada saat ini, membuat keprihatinan meningkat di setiap bidang. Semua berangsur mengkisut sejalan dengan semakin merebaknya kasus Covid19 ini. Semua usaha perekonomian kemasyarakatan menggeliat bak cacing ditanah kering, berjuang melanjutkan hidup dihari esok. Dampak dahsyat menerpa bumi yang satu ini, dimanapun merasakan kuatir dan kecemasan yang sama.

Dalam penanganan Covid 19 bidang yang patut dipandang penting dalam sikap terjang dibarisan  depan adalah teman-teman yang bekerja di kesehatan. Baik itu dokter, perawat dan seluruh staf yang ada di sebuah rumah sakit untuk bertindak saat terjadi kedaruratan medik. Terbayang hiruk pikuk yang terjadi diawal mula munculnya virus Corona ini.

Sejalan dengan informasi yang sedapatnya dimengerti oleh masyarakat, kisruh gaduh bisa diredam namun yang datang ke rumah sakit membutuhkan tindakan segera. Penetapan RS rujukan juga semakin pasti dengan penyediaan semua sarana yang mengalami percepatan dadakan dalam penyelenggaraannya, semua wajib disediakan sesegera mungkin guna pelayanan yang prima terhadap pasien terdampak. Hal ini juga terlihat aktifitas diseluruh belahan daratan bumi Indonesia.

Di Jakarta sebagai Ibukota yang memegang kendali arahan terstruktur, menjadi pusat informasi kebijakan yang wajib dilaksanakan bersama-sama diseluruh kawasan jauh dalam lingkungan Negara Kesatuan, mulai dari tingkatan pemerintahan paling bawah sampai tertinggi serta seluruh lapisan masyarakat. Tingkat keberhasilan yang diharapkan sudah tersiar seantero negeri melalu semua media yang ada, baik langsung maupun elektronik. Pesan terpampang lebar disetiap penjuru kota.

Penutupan semua sarana yang berhubungan dengan terkumpulnya orang banyak seperti sarana ibadah, pusat keramain, pusat perbelanjaan, sarana hiburan mulai dilaksanakan bertahap sampai hampir seluruhnya terlaksana sempurna. Pembatasan sarana jalan dan transportasi untuk mengurangi kepadatan disuatu wilayah dengan sosialisasi yang semakin kuat terdengar dan siap dijalankan, diharapkan pengertian oleh semua pihak. PSBB, Pembatasan Sosial Berskala Besar sudah berjalan  dan semua berpulang lagi pada ketaatan masyarakat untuk menghentikan proses penyebaran serta penularan virus Corona.

Menyikapi pemberitaan tentang ambruknya beberapa tenaga medis dalam kerangka pelayanan kesehatan, terbetik suatu hal yang mengganggu kenyamanan saya ketika mendengar para sejawat meninggal dalam tugas. Seperti yang dilansir media pemberitaan Kompas.com, beberapa dokter yang terdata meninggal karena Covid 19, begitu juga perawat yang berdampak ramai sesudah mereka meninggal. Jumlah yang bisa saja bertambah terus dengan pasti ketika seorang dokter tanpa menyadari ketika bertempur dengan musuh yang tak kasat mata ini, mampu menyelinap bak angin yang berhembus ketika berpraktek.

Sejumlah dokter spesialis yang terkadang tidak menyangka bahwa pasien datang adalah pembawa paket penyakit yang tidak dipesan. Ketika pasien menceritakan akar musabab penyakitnya tentu dokter sudah bersiap dengan kerangka struktur berpikir penatalaksanaan nan komplit dan mutakhir. Ketika penyakit yang datang hanya keluhan yang lazim dan tampak hanya penyakit ringan nan mudah diobati ternyata positif Covid 19 barulah masalah menjadi besar dan sang dokterpun terkena.

Banyak gambaran klinis atau gejala seseorang yang datang dalam keadaan seperti penyakit kebanyakan virus yang lazim, mungkin gejala kemerahan seperti demam berdarah, campak atau cacar, mata kemerahan karena demam, kulit kuning seperti penyakit hati, terkadang seorang dokter mengatakan adanya kemerahan hanya seperti alergi suatu obat. Beberapa hari kemudian pasien jatuh ke dalam keadaan yang sangat berat dan membutuhkan perawatan intensif terpapar positif Covid 19.

Sangat sedih dan teramat sayang terasa ketika turut merasakan tulusnya pengobanan mereka bagi kesehatan dan kesembuhan orang banyak, merekapun akhirnya tumbang dan berguguran disaat aktif bertugas. Terbayang waktu yang terpakai ketika meluangkan waktu demi kemanusiaan sesuai dengan janji dan sumpah kedokteran, melewatkan waktu kebersamaan bersama keluarga, bahkan ada keluarga yang turut ikut tertular dan masuk perawatan karena adanya kontak dengan dokter itu.

Dalam perhitungan waktu tempuh masa hidup, ketika menjalani profesi sebagai dokter tentunya teringat berapa lama waktu yang wajib dijalaninya selama pendidikan.

Sekian tahun dan seberapa banyak tercucurnya keringat dalam menggapai cita-cita mulia itu. Tidak hanya sekolah formal terhitung tetapi lamanya pendidikan dokter terhitung jauh lebih lama memakan usia biologis. Tanpa memelas namun  merundung, mungkin sebagai perwakilan perasaan jika saja sejawat dan para guru besar masih hidup, lama belajar meraih cita-cita terputus dengan cepatnya tatkala penyakit datang dan merenggutnya sekejap. Terenggut waktu disisa umur untuk berbuat lebih banyak dalam berkarya membentuk komunitas masyarakat yang jauh lebih sehat termasuk penerus keilmuan kedokteran itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun