Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kesempatan Kedua

13 November 2017   06:04 Diperbarui: 13 November 2017   06:07 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : ounews.co

Kaluak paku kacang balimbiang
Daun bakuang lenggang-lenggangkan
Anak dipangku kamanakan dibimbiang
Urang kampuang dipatenggangkan

Memang, Mak Heri benar, laki-laki Minangkabau itu harus laki-laki yang adil, bertanggung jawab, pantang menyerah dan mampu membawa keluarga dan kaumnya ke jalan yang benar.

Dan, aku pun sadar jika aku kelak akan jadi seorang mamak berhubung aku punya adik perempuan. Meskipun sayang, kultur dari memperoleh ilmu lewat hubungan mamak dan kemenakan menghilang, setidaknya keluarga besar kami masih menggunakan kultur tersebut. Hingga sekarang.

OoOoOoOoOoOoO

Berleha-leha dengan kegiatanku membantu Mak Heri di beberapa pekerjaan, aku mulai melupakan niat awalku untuk tinggal di Jakarta. Meski perlahan-lahan, hal yang aku takuti ketika itu mulai pudar ditutup oleh waktu yang bercampur keringat dan kontribusi positif. Aku mulai mencoba mencari kesempatan kedua, aku mulai kembali mendaftarkan diri untuk kuliah di Universitas Negeri Jakarta. Sebuah kampus yang tergolong bagus namun dari segi nama, kampus tersebut belum seterkenal kampusku sebelumnya. Mak Heri pun juga turut mendukung niatku untuk kembali berkuliah dengan mengurangi beban kerjaku sedikit demi sedikit supaya aku bisa mempersiapkan diri untuk menjalani tes masuk kuliah kelak.

Dan, setelah menunggu sekian lama, akhirnya aku kembali diterima di Universitas Negeri Jakarta pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Jurusan yang juga ditempuh Amak waktu berkuliah. Menurut seorang teman disertai dengan penelusuran mendalamku, ternyata di kampus ini, juga disediakan media forum diskusi Islam untuk mahasiswa dan dosennya. Tentu, hal ini membuat semangatku dalam menuntut ilmu baik sains maupun agama bertambah lagi. Aku sangat senang ketika mengetahui namaku ada dalam daftar orang yang diterima. Aku pun sontak mengumumkan kabar baik ini kepada semua orang yang telah mendukungku selama aku berada dalam titik nadir ini. Kepada Amak, Apak, Mak Heri, Nita, dan tentu saja, Wiwin. Temanku di kampus lama yang masih sering berbagi kabar denganku.

"Alhamdulillah ambo lulus kembali diterima di Pendidikan Agama Islam UNJ. Terimakasih atas doanya!"

"Ondeh mandeh batisute rancak bana tu. Itulah, Ndi. Awak ko nyo harus bersabar tuh, Ma. Tuh, Allah alah kasih Andi kesempatan kedua. Alah Mamak bimbiang Andi tentang kerasnya kehidupan Jakarta taka itu, kini sudah saatnya Andi untuk berjalan sendiri lagi menuju tujuan yang telah Andi inginkan. Sukses yo, Nak! Lai hebat pulo kamanakan ambo lo saketek!"

"Alhamdulillah, Ndi. Selamat yo! Amak jo Apak baru salasai Sholat Magrib ko. Amak dan Apak selalu mendo'akan di setiap sholat supaya Andi menemukan jalan nan rancak. Manfaatkan kesempatan kedua dengan baik yo! Salam dari Nita untuak Andi, alah Amak bimbing pulo Nita biar pas dapek sekolah di kota besar supaya tetap memperhatikan adat istiadat Minangkabau tu."

"Waduh, bro Andi! Selamat ya, Allah memang tidak buta dan tuli kok, bro. Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kamu sudah dapat kesempatan kedua dan manfaatkan! Selamat datang kembali di masa kuliah. Kita memang sudah tidak sekampus lagi, Bro. Tapi, tetap jaga silaturahmi lah ya, Bro. Aku dan teman-teman juga berada di belakangmu kok 100%"

Balasan dari mereka pun kembali membangkitkan semangatku untuk berjuang sesuai tujuanku berada di kota Jakarta. Yaitu, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan meningkatkan moral sebaik-baiknya. Aku pun mulai merenung dengan sedikit tersenyum.

"Tuhan, apakah ini yang dinamakan kesempatan kedua?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun