"Video mana, bro? Aku kayaknya ga pernah main asusila gitu bro."
"Nih, kok mirip ya? Agak gelap sih. Waduh, hati-hati nih bro. Ada yang berani fitnah kamu sepertinya."
Mendengar berita dari Wiwin seketika membuatku terkejut. Sepertinya, aku pernah hafal dengan tempat video tersebut. Begitu juga dengan pakaian yang dikenakan oleh pemeran pria itu. Begitupun dengan suasana yang sempat mengiringi video itu. Detail per detail aku pun mencoba mengumpulkan berbagai lembar memori yang ada sewaktu pesta yang diadakan di rumah Tino tersebut.
Saat aku mencapai kampus dan kembali melihat video tersebut, sontak aku sadar ternyata AKULAH pemeran video porno yang disebarkan oleh Wiwin. Iya, Aku.
Apakah itu alasan kenapa Pak Dekan memanggilku menuju ruangannya dan menyatakan bahwa ini adalah hal serius?
Semoga waktu kembali berpihak padaku. Atau mungkin, bukan.
Aku pun melangkah dengan was-wasan menuju ruangan Dekan, merumuskan segala kemungkinan hal yang ditanyakan Dekan padaku. Satu hal yang kutakuti tentu tentang video tersebut. Hingga, ketika aku sudah sampai di meja Dekan. Beliau pun menyambut dengan raut sedih bercampur marah.
"Silahkan duduk, Saudara Andi."
"Baik, Pak Dekan. Kalau boleh saya tahu, ada apa, ya, Pak?"
"Maaf, apakah anda yang menjadi pemeran pria di video tersebut?"
Pak Dekan pun juga menunjukkan video yang mirip dengan yang ditayangkan Wiwin sebelumnya. Aku pun mulai merancang kata yang dapat meyakinkan Pak Dekan bahwa aku sedang dijebak.