Mohon tunggu...
Dr. Aimee Nugroho
Dr. Aimee Nugroho Mohon Tunggu... profesional -

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Saat ini bekerja sebagai residen Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri) di RSUD dr. Soetomo, Surabaya. Pendiri dan Pengasuh page Facebook : Mentis - Healthy Mind , yang berisi artikel kesehatan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sikap Menghadapi Tragedi Musibah

31 Desember 2014   19:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:05 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa hari ini, kita dikejutkan dengan peristiwa hilangnya pesawat AirAsia QZ8501. Hal ini merupakan suatu tragedi musibah. Tidak ada yang menyangka hal ini akan terjadi, namun ketika hal ini terjadi, mau tidak mau, siap tidak siap kita harus menghadapinya.
Dalam dunia moderen ini, berita mengenai peristiwa traumatik dapat menyebar dengan cepat melalui televisi, media sosial, radio, ataupun koran. Banyak orang dapat terimbas dukacita (grief) karena kehilangan orang yang dicintai, teman, ataupun keluarga. Kita dapat berperan dalam pemulihan masyarakat dalam menghadapi suatu tragedi musibah.
Dalam menghadapi situasi yang tragis ini, respon orang dapat berbeda-beda. Ada yang tetap kuat dan tegar, namun ada pula yang tergoncang jiwanya. Ada yang seiring berjalannya waktu membaik, namun ada pula yang menetap dan berdampak serius pada kehidupannya. Ada pula yang awalnya nampak baik-baik saja, namun setelah beberapa saat, ia mulai merasa kehilangan orang yanh dikasihinya dan merasakan kesedihan ; hal ini dinamakan dengan dukacita tertunda (delayed grieving).
Respon dukacita dapat berupa gelombanh kesedihan yang mendalam, pikiran mengenai peristiwa traumatik tersebut, bayangan kehilangan orang yang dicintai, menarik diri dari pergaulan, dan menghindari kegiatan yang mengingatkannya dengan peristiwa traumatik tersebut. Selain itu, keluarga korban juga dapat mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, merasa hilang harapan dan mungkin ada ide bunuh diri.
Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka? Bagaimana sebaiknya kita bersikap?
Berikut adalah beberapa tips bagaimana sebaiknya kita bersikap dalam menghadapi tragedi musibah :
1. Cari sumber yang terpercaya.
Saat keadaan genting, stres dapat menyebar dengan cepat dalam masyarakat, dan respon orang dapat berbeda-beda dalam menanggapi informasi. Hal ini dapat menimbulkan rumor dan berita simpang siur yang tidak sesuai fakta. Oleh karena itu, carilah sumber yang terpercaya. Contohnya : BASARNAS untuk kasus AirAsia.
2. Komunikasi efektif.
Ketika berkomunikasi gunakanlah kata-kata yang sederhana, diulang beberapa kali, dan tekankan pesan yang positif. Dalam keadaan yang penuh stres, respon orang dapat bervariasi dalam menanggapi berita. Mereka cenderung memperhatikan pesan yang negatif daripada yang positif.
3. Respon cepat.
Beradalah di dekat jangkauan mereka yang membutuhkan bantuan kita. Cari tahu apa yang mereka perlukan, dan segera tanggap dalam merespon mereka.
4. Dukung mereka.
Ketika mereka dalam keadaan gelisah dan histeris, kita dapat berusaha menenangkan mereka dengan cara memandu mereka untuk mengatur nafas, mengambil nafas panjang dan membuang nafas berulang kali hingga mereka rileks dan tenang. Kemudian kita mendengarkan mereka berkeluh kesah. Jangan melarang mereka untuk berkeluh kesah, karena berduka adalah suatu hal yang manusiawi dan wajar ketika menghadapi suatu tragedi. Berkata-katalah dengan lembut, ucapkan kata-kata pengharapan, agar mereka optimis. Contohnya : "Saya tahu ini adalah situasi yang sulit dan tidak mudah bagimu, namun saya yakin kamu dapat kuat menghadali peristiwa ini." Selain itu, mereka dapat bergabung dalam community support group sesama keluarga korban, agar mereka merasa ada yang senasib sepenanggungan dan dapat saling mendukung satu sama lain.
5. Carilah bantuan bila dibutuhkan
Anda tidak dapat mengatasi semua hal sendirian. Carilah bantuan ahli bila diperlukan. Koordinasi dengan berbagai pihak dapat membantu mempercepat pemulihan. Anda dapat bekerja sama dengan dokter, psikiater, psikolog, pihak sekolah, ataupun rohaniawan. Bila keluarga yang ditinggalkan mengalami periode dukacita yang berat, ajak mereka untuk berkonsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan bantuan melewati peristiwa traumatis ini.
6. Pikirkan hal-hal ke depan.
Ajak mereka untuk fokus ke masa depan daripada terus berlarut-larut menyesali masa lalu. Pikirkan kemungkinan problem yang akan terjadi di depan, dan berfokus pada rencana strategi yang harus dilakukan.
7. Hindari saling menyalahkan
Dalam situasi yang genting, orang dapat dengan mudah saling menyalahkan pihak tertentu atau menyalahkan orang lain. Hal ini dapat memicu timbulnya kemarahan dan munculnya keinginan untuk menuntut balasan. Sadarilah bahwa saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah. Fokuslah pada penyelesaian masalah. Arahkan energi anda untuk hal-hal yang positif.
8. Aktivitas seperti semula.
Setelah situasi mulai tenang, ajak mereka untuk kembali beraktivitas seperti semula. Kembali bekerja, berkumpul dengan teman-teman, melakukan hobby dapat mempercepat pemulihan. Hal ini mungkin tidak dapat berlangsung dengan cepat. Berilah toleransi bila mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali beraktivitas.
Demikianlah sikap-sikap yang dapat kita ambil dalam menghadapi suatu tragedi musibah. Dengan bersikap positif, anda dapat menguatkan mereka yang lemah. Semoga kita dapat menjadi cahaya bagi mereka yang sedang berduka dalam kegelapan.
MENTIS - Healthy Mind, Happy Life
www.mentis.co.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun