Peran Pemuda untuk Ketahanan Pangan dan Energi di Masa yang akan Datang

28 Oktober adalah salah satu tanggal yang sangat sakral bagi pemuda, dikatakan sakral karena di tanggal tersebut penuh dengan sejarah bagi perjalanan Bangsa Indonesia.  Sebuah sejarah yang tidak akan pernah dilupakan oleh bangsa kita tercinta,  bertemunya para pemuda dari penjuru Nusantara pada waktu itu melakukan sebuah baiat kebangsaan yang mengikat dalam sebuah entitas bernama Bangsa Indonesia.  

Tongkrongan pemuda saat itu sudah memikirkan nasib banyak orang untuk bisa terlepas dari belenggu imperialisme Belanda, dengan bersatu dalam ikatan sakral yang kemudian mengkristal menjadi sebuah negara berdaulat pada 17 Agustus 1945 melalui Proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno Hatta. Kalo tongkrongan anak sekarang bagaimana guys ? apakah memikirkan nasib banyak orang atau hanya sekadar ngobrolin gebetan saja ?.   

94 tahun sudah ikrar itu dikumandangkan oleh para pemuda, spirit kebangsaan juga terus mengalir.  Kalau kita melihat periodesasi perjalanan sejarah di Indonesia, pemuda selalu memiliki peranan yang sangat penting, dimulai dari 1908 berdirinya Boedi Oetomo, 1928 sumpah pemuda, 1945 proklamasi kemerdekaan, 1966 adanya Tritura sekaligus lengsernya rezim orde lama, 1998 Reformasi  sebagai tanda lengsernya rezim orde baru.  Lantas peran pemuda reformasi saat ini apa ya ? 

Pemuda masa kini memiliki Pekerjaan yang besar untuk bangsa dan negara tercinta.  Salah satunya adalah aspek ketahanan pangan dan energi yang masih bergantung pada luar negeri.  Dua aspek tersebut merupakan aspek fundamental bagi kedaulatan sebuah negara, jikalau saja urusan dengan aspek tersebut selesai kemungkinan negara kita akan menjadi negara yang maju.  

"Pangan adalah soal hidup matinya suatu Bangsa", -Bung Karno-
Sebuah Quotes yang menjadi spirit kita bersama untuk terlepas dari belenggu ketergantungan akan pangan dengan asing.  Negara kita memiliki segalanya, mulai dari Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, tanah subur dan juga Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni.  Lantas kok sekarang masih bergantung dengan Asing ? 

Pertama, adanya salah urus dalam mengelola SDA sehingga kita belum bisa menjadi tuandi negeri sendiri, penjualanhasil tambang, energi masih dijual secara mentahan ke luar negeri.  Meskipun relatif mahal (sesuai dengan kulitasnya) namun secara perhitungan ekonomi masih sangat kecil jika dibandingkan diolah sendiri, kemudian dijual menjadi barang jadi.  

Kedua, Pemuda saat ini kurang tertarik dengan urusan bangsanya sendiri, lebih apatis dan juga asyik dengan dunianya sendiri.  Menginginkan hal hal yang instan dan estetis menjadi pesan yang disampaikan mereka saat ini.  Lahir dengan segala kemudahan dan kecepatan informasi membuatnya enggan untuk belajar dan merespon lingkungan sekitar. 

Ketiga, pemuda saat ini enggan menjadi petani karena merasa tidak menjanjikan untuk masa depan, lebih tertarik bermain sosial media an yang lebih menghasilkan secara instan.  Padahal nasib pangan ke depan akan dipikul oleh generasi muda saat ini.  Jika hanya hanya 1 dari 10 pemuda saja yang bersedia menjadi petani, maka kedaultan pangan negeri ini juga sangat riskan di masa depan.  

Di masa depan populasi manusia akan meningkat, baik di Indonesia maupun di Dunia. Sementara ketersediaan lahan dan pangan semakin berkurang.  Jikalau saja kita masih di dikte oleh asing maka tidak mungkin ke depan kita akan dijajah lebih brutal lagi dalam urusan pangan ini.  Tingkat konflik juga akan meningkat seiring dengan kepentingan negara negara untuk merebutkan sumber energi dan pangan.  

Lantas Peran Pemuda saat ini apaan ? Guna menunjang kedaulatan pangan dan energi di masa depan