Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Kata Merdeka

17 Agustus 2022   06:12 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:09 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Kemerdekaan Indonesia 2022 www.google.com

Mahardika, menurut KBBI adalah sebuah adjektiva (kata sifat) yang memiliki arti antara lain: berilmu (cerdik, pandai, bijak), bersifat bangsawan, berbudi dan luhur. 

Hal senada dinyatakan Yudi Latif dalam tulisannya Merdeka, Bung! bahwa kata Sanskerta maharddhika, secara etimologis berarti 'rahib/biku' atau 'keramat, sangat bijaksana/alim'. 

Kata Mahardika atau Maharddhika juga menurut laman titianartspace.com mengadung arti  ketercerahan--bebas dari segala hasrat; sebuah keadaan dimana kehendak duniawi sudah berhenti menguasai pikiran, perasaan dan raga kita.

Sebuah kutipan dari kakawin Nitisatra tentang mahardika mengajarkan kepada kita bahwa hal yang dapat membuat orang mabuk adalah keindahan rupa, kepandaian, kekayaan, kemudaan (usia muda), kebangsawanan, keberanian dan air nira (tuak). 

Barangsiapa tidak mabuk karena semuanya itu dialah yang dapat disebut mahardika, bijaksana bagaikan seorang Panindita. Kata-kata mahardika dan maharddhika ini kemudian berubah menjadi merdeka dalam bahasa Indonesia. Sebuah kata yang begitu erat kaitannya dengan bulan Agustus yang tengah kita jalani.

Dalam konteks pendidikan, saat Ki Hajar Dewantara berfilsafat tentang asas kemandirian dan kemerdekaan dalam kidung Wasita Rini, ia menegaskan: "...Mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, ing uga kuat kuwasa, amandiri prijangga..." (Merdeka berarti tidak saja bebas lepasnya seseorang dari kekuasaaan orang lain, tapi berarti kuat dan mampu berdiri sendiri). 

Nampaknya yang Ki Hajar maksudkan dengan kuat dan mandiri adalah senada dengan keseluruhan kandungan makna dari kata mahardika atau maharddhika di atas. Untuk itu di tempat lain, Ki Hajar menyimpulkan merdeka sebagai selamat dan bahagia.

Atas dasar falsafah ini segala bentuk penjajahan bertentangan dengan nilai kodrat kehidupan. Ia bertolak belakang dengan prinsip dasar kemanusiaan. 

Upaya meraih kemerdekaan merupakan sifat alami sesuai dengan fitrahnya yang untuk memperjuangkannya juga seyogianya tetap berjalan di atas nilai-nilai luhur. 

Tidak ada ruang untuk penghalalan segala cara bahkan untuk menegakkan kemerdekaan. Sebab bila itu yang terjadi maka dipastikan upaya menegakkan kemerdekaan tersebut bertentangan dengan ruh kemerdekaan itu sendiri.

Keluhuran prinsip inilah yang kemudian melahirkan redaksi agung 'Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya' dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun