Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbaliknya Arah Kecerdasan

6 Juni 2022   09:07 Diperbarui: 6 Juni 2022   11:19 1692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mundurnya Kecerdasan Kita | www.bbc.com 

Salah satunya adalah apakah kecerdasan manusia akan terus meningkat hingga manusia kemudian bisa menyamai Tuhan? Atau dalam tagline di videonya ke-446, Guru Gembul mengusik kita dengan pernyataan bahwa 'Tuhan menciptakan manusia agar ia (manusia) menjadi Tuhan yang baru'. 

Sebuah pernyataan yang memang bukan untuk dikonsumsi semua orang. Pembaca bisa menyimak langsung dari link yang disematkan pada tagline tersebut. Saya tertarik untuk mendiskusikan tentang kecerdasan manusia itu sendiri.

Sebagai gambaran umum, manusia kini telah mampu melakukan antara clonning, menciptakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence, rekaya genetika dan sibernetika. 

Dalam puncaknya, manusia seakan bisa 'menciptakan' makhluk baru. Pernyataan Murray Shanahan bahwa 'Tidak ada yang ajaib tentang otak; ia tidak melampaui fisika. Jadi tentu saja dimungkinkan untuk membangun entitas fisik yang dapat melakukan apa pun yang dapat kita lakukan' menggambarkan arogansi supremasi ilmiah manusia atas tesis ini. Namun benarkah kita semakin cerdas?

Steve Connor di laman Independent mengutip pernyataan Profesor Gerald Crabtree, kepala  laboratorium genetika di Universitas Stanford di California, yang telah mengajukan gagasan ikonoklastik bahwa alih-alih menjadi lebih pintar, kecerdasan manusia justru telah mencapai puncaknya beberapa ribu tahun yang lalu dan sejak saat itu terjadi penurunan lambat dalam kemampuan intelektual dan emosional kita.

"Saya berani bertaruh bahwa jika seorang warga biasa dari Athena 1000 SM tiba-tiba muncul di antara kita, dia akan menjadi salah satu rekan dan rekan kita yang paling cerdas dan paling intelektual, dengan ingatan yang baik, berbagai ide dan pandangan jernih tentang isu-isu penting," kata Profesor Crabtree dalam makalah provokatifnya yang diterbitkan dalam jurnal Trends in Genetics.

"Lebih jauh lagi, saya kira dia akan menjadi salah satu teman dan kolega kita yang paling stabil secara emosional. Saya juga akan membuat taruhan ini untuk penduduk kuno Afrika, Asia, India atau Amerika, mungkin 2.000 hingga 6.000 tahun yang lalu, "kata Profesor Crabtree.

"Dasar taruhan saya berasal dari perkembangan baru dalam genetika, antropologi, dan neurobiologi yang membuat prediksi yang jelas bahwa kemampuan intelektual dan emosional kita secara mengejutkan sangat rapuh," katanya.

Kita Boleh Jadi Lebih Pintar, Tetapi Tidak lebih Cerdas

"Anda mungkin tidak menyadarinya, tetapi kita hidup di zaman keemasan intelektual. Sejak tes kecerdasan ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu, skor IQ kita terus meningkat. Bahkan rata-rata orang saat ini (2019) akan dianggap jenius dibandingkan dengan seseorang yang lahir pada tahun 1919---sebuah fenomena yang dikenal sebagai efek Flynn," goda David Robson dalam artikelnya Has humanity reached 'peak intelligence'?

Apa pun penyebab efek Flynn, menurut Robson, ada bukti bahwa kita mungkin telah mencapai akhir era ini -- dengan kenaikan IQ yang terhenti dan bahkan berbalik. Jika Anda melihat Finlandia, Norwegia dan Denmark, misalnya, titik balik tampaknya terjadi pada pertengahan 90-an, setelah itu IQ rata-rata turun sekitar 0,2 poin per tahun. Itu akan menjadi perbedaan tujuh poin antar generasi. Itu artinya kecerdasan kita secara global menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun