Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Hari Santri Nasional

22 Oktober 2021   09:08 Diperbarui: 22 Oktober 2021   10:48 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://santrinow.com/2019/09/kehidupan-sifat-dan-kelebihan-anak-pesantren.html

Etimologia Santri

Kata santri, menurut Iswara N Raditya dalam tulisannya dengan judul Sejarah & Asal Usul Kata Santri: Berasal dari Bahasa Sanskerta?, secara umum diterima berasal dari bahasa Sanskerta sastri yang artinya melek huruf atau bisa membaca, atau dari kata shastri yang berarti orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu.

Tidak hanya sampai di sana, Karel A. Steenbrink, seperti dikutip oleh Zamakhsyari Dhofir dalam buku Tradisi Pesantren (1985), mendukung rumusan Berg dan meyakini bahwa pendidikan pesantren, yang kemudian lekat dengan tradisi edukasi Islam di Jawa, memang mirip dengan pendidikan ala Hindu di India jika dilihat dari segi bentuk dan sistemnya.

Nurcholis Madjid lewat buku Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (1999) menautkan pendapat tersebut dengan menuliskan bahwa kata "santri" bisa pula berasal dari bahasa Jawa, yakni cantrik yang bermakna "orang atau murid yang selalu mengikuti gurunya".

Namun sejak kata santri---yang darinya lahir kata pesantrian atau pesantren---identik dengan pengajaran dan pendidikan Islam, maka ada sebagian yang menelisiknya dari sudut bahasa Arab.

Menurut K.H. Abdullah Dimyathy kata "santri" terdiri dari empat huruf Arab, yakni sin, nun, ta', dan ra'. Di mana huruf sin merujuk pada satrul al 'awrah atau "menutup aurat"; huruf nun berasal dari istilah na'ibul 'ulama yang berarti "wakil dari ulama"; huruf ta' dari tarkul al ma'ashi atau "meninggalkan kemaksiatan"; serta huruf 'ra dari ra'isul ummah alias "pemimpin umat".

Tentu saja ini agak sedikit akrobatik secara kebahasaan.

Santri: Literasi dan Toleransi


Dalam bingkai Kenusantaraan saya ingin membawa konsep kesantrian ke ruang yang lebih luas. Kesantrian yang menerabas batas dan sekat identitas. Hari Santri Nasional seyogianya tidak dimaknai secara sempit apalagi primordialistik.

Kata santri secara etimologis mengisyaratkan kedudukan tradisi literasi di bumi Nusantara. Jauh sebelum Islam hadir dan menambah warna dalam bianglala keagamaan di Nusantara konsep kesantrian ala Hindu-Buddha sudah begitu maju dengan pesatnya di Sriwajaya. Malah cikal bakal universitas tertua di Nusantara lahir di kerajaan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun