Mohon tunggu...
Dodi Chandra
Dodi Chandra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Arkeologi FIB UI. Hobi jalan-jalan, sepakbola, fotografi. Manajer Komunitas Kompas Khatulistiwa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerabah Galo Gadang

28 September 2013   15:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:16 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gerabah Galo Gandang


Kerajinan gerabah Galo Gandang berada di Jorong Galo Gandang, Nagari III Koto, Kec. Rambatan, Kab. Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.   Kerajinan berabah ini menggunakan tanah liat yang sangat mudah didapat di Galo Gandang. Kerajinan ini merupakan salah satu kerajinan yang telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Galo Gandang. Hal yang menarik dari gerabah Galo Gandang ini adalah cara dan proses pembuatan gerabah di kampung Galo Gandang, sejak awal pengambilan bahan tanah liat di areal persawahan, penyaringan pasir sebagai temper (campuran bahan tanah liat), proses pembuatan gerabah, proses pembakaran hingga menghasilkan wadah berupa periuk dan piring berbagai ukuran, semuanya dilakukan oleh tangan-tangan terampil kaum perempuan.

Teknologi pembuatan gerabah begitu sederhana, hanya dengan menggunakan 4 jenis alat berupa lingkaran rotan, tatap dari kayu, pelandas dari batu, dan batu untuk menggosok bidang permukaan wadah (batu panggisa), dalam waktu yang singkat sebuah wadah dapat mereka buat. Awalnya, seonggok tanah liat yang sudah dicampur dengan temper pasir halus dari sungai dibulat dipipihkan dan disambungkan ke lingkaran rotan yang sekaligus berfungsi sebagai diameter mulut wadah yang akan dibuat. Bila lingkaran rotan tersebut memiliki diameter 20 cm, akan dapat dipastikan besar bagian mulut wadah tersebut akan berdiameter sekitar 20 cm.

Tanah tanah liat yang sudah terikat di lingkaran rotan kemudian dipukul-pukul secara merata di seluruh bidang permukaannya hingga menggelembung sebagai bagian dari tahapan pembentukan badan wadah. Pada tahapan ini nantinya akan dihasilkan bentuk wadah tanpa bibir. Mungkin karena setiap kali penganjun memukulkan tatap ke bidang permukaan gerabah yang ditahan oleh batu pelandas di bagian dalam pada saat pembuatan menimbulkan bunyi dan seolah seperti orang sedang memukul gendang, dan mungkin karena banyaknya anggota masyarakat yang melakukan kegiatan pembuatan gerabah yang demikian dimasa lalu yang kemudian menjadikan nama kampung ini sebagai Galo Gandang.

Pengeringan gerabah dilakukan dengan cara alami yakni mengandalkan panas matahari. Setelah gerabah agak kering setelah dijemur di bawah sinar matahari, pembentuk wadah dilanjutkan dengan pembuatan bibir. Hal ini juga dilakukan dengan sangat sederhana, dengan cara mebuat tanah liat gilik dengan panjang sesuai dengan besaran wadah yang telah dijemur, kemudian dipeluk dan diputar dengan hanya mengandalkan kecepatan memutar wadah yang ditempatkan di atas paha. Gerabah-gerabah yang telah dibentuk dan agak kering tersebut kemudian dibakar di halaman rumah, yang juga menggunakan jerami dan sekam.

Gerabah-gerabah Galo Gandang ini tidak hanya dipakai oleh masyarakat Tanah Datar, tetapi juga oleh masyarakat di daerah Jambi, Bengkulu, Riau, Mean dan daerah lainnya di wilayah Sumatera.  Sampai saat ini, masyarakat masih membuat kerajinan gerabah ini sebagai perekonomian masyarakat selain dari bertani dan berladang.

Semoga bermanfaat.

Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun