Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Desaparecidos

18 September 2021   06:57 Diperbarui: 18 September 2021   07:02 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Protes para wanita di Plaza de Mayo Argentina (the Guardian.com)

Midnight, our sons and daughters

Cut down, taken from us

Hear their heartbeat

We hear their heartbeat

In the wind we hear their laughter

In the rain we see their tears

(Mothers of Disappeared, U2)

Covid-19 ternyata tak hanya meluluhlantakkan perekonomian dunia. Namun juga mencerabut manusia dari kasih sayang orangtua. Tengoklah wajah Fauzan (23) dan Fathan (15) yang tertunduk lesu di makam bunda tercinta di TPU Rorotan Jakarta Utara (Kompas, 23/8/21). Polah duka mereka yang bersimpuh di antara ratusan atau mungkin ribuan nisan para warga Jakarta korban Covid-19 adalah representasi kegalauan puluhan ribu yatim piatu dengan nasib sama di Indonesia. Diperkirakan 38.127 orang yang bertindak sebagai pengasuh utama (ayah ibu) atau pengasuh sekunder (kakek nenek) harus pergi selamanya terpapar Covid-19. Boleh jadi angka ini hanyalah puncak gunung es yang terlihat di permukaan. Angka sesungguhnya mungkin lebih mencemaskan sekaligus menakutkan. Kehilangan orangtua adalah pukulan hebat mengguncang jiwa. Ini dari sisi mental.Masa depan menjadi suram tanpa kepastian adalah ruang yang mau tak mau harus mereka lalui. Ini dari perspektif ekonomi. Covid-19 menghapus masa depan.

Jauh sebelum badai pandemi virus corona melanda dunia sekelompok ibu-ibu berkumpul di Plaza de Mayo Argentina, sebuah lapangan strategis dekat dengan istana presiden Lacada Rosada.Di antara mereka ada Juana de Pargament (78), Elsa Fanti de Mansotti (40) dan Josefa Donato de Pavvi (69). Meskipun usia mereka tak lagi muda namun mereka punya nasib yang sama: kehilangan anak tercinta.Mereka adalah anggota The Mothers of The Plaza de Mayo yang anak-anaknya desaparecidos, dihilangkan paksa oleh rezim yang berkuasa (Bouvard,1994).

PBB menilai penghilangan paksa adalah tindakan yang dilakukan untuk menyebarkan teror kepada masyarakat.Tindakan yang lebih daripada pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) individu ini tak hanya berdampak kepada keluarga korban namun juga menggangu suasana batin masyarakat. Untuk itulah setiap 30 Agustus PBB menetapkan sebagai Hari Internasional Korban Penghilangan Paksa (International Day of The Victims Enforced Disappearances).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun