Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Anies dan Covid-19

13 Juli 2020   08:26 Diperbarui: 13 Juli 2020   08:21 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"(Kasus harian positif Covid-19) di Jakarta alhamdulillah sudah mulai melandai. Puncak kita itu pertengahan April, kemudian mulai melandai hingga sekarang," ujar Anies dalam siaran langsung YouTube Pemprov DKI, Kamis (4/6/2020). Itu pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di kanal YoutubePemprov DKI. Pernyataan tersebut merupakan bagian dari pertimbangan pemda DKI bahwa Jakarta memasuki masa pembatasan berskala besar (psbb) transisi.Artinya Jakarta ketika itu sudah dinilai sudah melewati puncak pandemi. Layaknya naik gunung maka setelah puncak maka geografis tanah akan menurun. Jika tidak curam ya landai. Keputusan Anies dengan keyakinannya itu dilanjutkan dengan kembali membolehkan Car Free Day alias hari bebas berkendara. Seperti diberitakan media ribuan warga tumpah ruah sepanjang sepanjang Thamrin-Sudirman.

Namun kini,sebulan kemudian, fakta berbicara lain.Jumlah pasien positif terkena virus korona melonjak drastis. Ahad 12 Juli memecah rekor rekor terbanyak. Ada 404 kasus positif.Itu artinya kasus harian positif Covid-19 alih-alih melandai. Malah melonjak. Perkiraan bahwa Jakarta telah melalui puncak kasus terbukti salah.

Hingga 11 Juli 2020 Pemda DKI telah melakukan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan kumulasi  392.794 sampel.PCR adalah metode pemeriksaan virus corona. Tes PCR bekerja dengan cara mendeteksi bahan genetik spesifik di dalam virus, pemeriksaan PCR dinilai lebih akurat daripada rapid tes. PCR ini akrab disebut tes swab. Sedangkan rapid tes adalah Tes diagnostik cepat adalah tes diagnostik medis yang cepat dan mudah dilakukan. RDT cocok untuk skrining medis awal atau darurat dan untuk digunakan di fasilitas medis dengan sumber daya terbatas.

Media juga melaporkan total sebanyak 266.541 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif COVID-19 sebesar 3,5 persen, dengan rincian 9.197 orang dinyatakan reaktif COVID-19 dan 257.344 orang dinyatakan non-reaktif.

Jika perhitungan ini kita pakai maka dengan asumsi warga DKi Jakarta berjumlah 10 juta jiwa maka 3,5% artinya 350 ribu orang.punya potensi untuk positif menjadi pasien Covid-19. Sungguh jumlah yang menakjubkan sekaligus mengkhawatirkan. Lalu bagaimana seharusnya menanggapi skenario buruk ini?

Tak ada cara lain pemda DKI harus menggencarkan jumlah sampel. Lokasi yang memiliki potensi kerumunan (stasiun/terminal,pasar, kantor, kampus dll) harus dilakukan tes swab. Minimal rapid tes. Selain itu lokasi-lokais tempat berkumpul seperti mal harus dibatasi.

 Wabah korona ini memang tidak dipungkiri menjadi tes kemampuan kepala daerah mengurus wilayah dan warganya. Sukses menanggulangi wabah berarti menjadi modal untuk terpilih kembali atau bahkan maju menuju pertarungan kursi pilpres. Yang utama warga DKi harus rajin mendesak gubernurnya untuk lebih serius mengurus warganya. Dalam hal ini mengatasi wabah Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun