Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Membaca" Pidato Kontemplasi SBY

10 September 2019   07:59 Diperbarui: 10 September 2019   09:00 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Keenam RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY menyampaikan pidato saat malam kontemplasi di kediamannya di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/9/2019). Tribunnews/Irwan Rismawan

Presiden ke-6 RI  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali jadi pembicaraan. Di hari ulang tahunnya yang ke-70 ia mengucap pidato bertajuk pidato kontemplasi.

Secara leskikal kata kontemplasi berarti perenungan. Berkontemplasi artinya merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian. Jadi, pidato kontemplasi SBY adalah pidato hasil perenungannya membaca situasi terkini bangsa Indonesia.

Seperti biasa pidato SBY sering, kalau tidak mau disebut selalu, mengaitkan kondisi diri dan keluarganya dalam pidato-pidatonya. Silakan Anda buka kembali pidato-pidato SBY sebelumnya kalau kurang percaya.

Sepertinya peristiwa yang menimpa diri dan keluarganya diposisikan sebagai sama penting dengan persoalan bangsa. Tidak ada yang salah dengan itu, mungkin. Bisa jadi itu simbol bahwa kepentingan bangsa laksana kepentingan keluarga.

Kali ini persoalan keluarga yang disebut SBY adalah wafatnya ibunda tercinta  10 hari lalu dan istri tercinta 100 hari lalu. SBY juga memosisikan dirinya yang 20 tahun menjadi warga sipil, 30 tahun warga militer, 15 tahun mengabdi di jajaran pemerintahan dan 5 tahun terakhir menjadi warga sipil lagi. 

Di sini SBY mencitrakan diri bahwa di tengah duka musibah kehilangan orang tercinta, dirinya tak pernah berhenti mengabdi untuk bangsa. Terbukti dengan puluhan tahun mengabdi di berbagai wilayah baik sebagai orang sipil maupun militer. 

Dengan pengalaman asam garam yang banyak artinya SBY mengingatkan bahwa ia pantas dan berhak urun rembug memberi masukan kepada pemerintahan Indonesia.

Selanjutnya SBY membicarakan tujuan masyarakat Indonesia. Untuk itu, SBY menekankan perlunya nilai-nilai perilaku menuju Indonesia menjadi good country. 

Nilai-nilai perilaku yang penting itu, menurutnya ada dua: kasih sayang (love) di antara kita dan bukan kebencian (hatred) . Yang kedua adalah rasa persaudaraan (brotherhood) yang kuat di antara kita, sesama bangsa Indonesia, dan bukan membangun  permusuhan (hostility) di antara masyarakat yang berbeda identitas.

Sampai sini pendengar pidato SBY tentu akan memberi persetujuan. Bangsa majemuk ini memang memerlukan banyak kasih sayang daripada kebencian dan persaudaraan daripada permusuhan. Tapi ini jurus pembuka. Karena inti dari pidato ada pada bagian lanjutannya.

Esensinya, Ke depan, politik kita harus makin menjadi politik yang baik bagi bangsa yang majemuk, Yang juga menganut sistem demokrasi multipartai, politik kita harus makin guyub, makin inklusif, dan makin teduh. Demokrasi tak harus selalu diwarnai dan diselesaikan dengan "one person one vote", tapi juga ada semangat yang lain.

Kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bukanlah jalan dan cara yang buruk. Prinsip "the winner take all" yang ekstrem, seringkali tidak cocok dengan semangat kekeluargaan dan keterwakilan bagi masyarakat dan bangsa yang majemuk. (pidato SBY)

Inilah, menurut saya, inti pidato perenungan SBY. Kata guyub, multipartai, inklusif adalah kata-kata yang cocok dengan bangsa Indonesia. Kata-kata tersebut berlawanan dengan kalimat "winner take all". Pemenang ambil alih semua.

Istilah ini dipraktikkan di politik Amerika ketika pemilu presiden. SBY mengingatkan bahwa demokrasi tidak selalu "one person one vote". Kompromi dan konsensus, kekeluargaan, bangsa majemuk adalah kata-kata kunci.

Tentunya pidato SBY ini punya maksud politis. Ia tidak hanya tampil sebagai sosok bijak berpengalaman sehingga berhak menasihati bangsa Indonesia (baca Jokowi). Namun ia juga mengingatkan Jokowi, sebagai pihak pemenang, untuk tidak bersikap winner take all. 

Sebagai pemenang pemilu Jokowi harus bijak, maunya SBY, mengedepankan fakta kemajemukan bangsa Indonesia. Maksudnya parpol yang diajak masuk kabinet janganlah hanya dari parpol pendukung, namun juga parpol di luar pendukung, yang punya potensi, sebagai bagian dari keguyuban.

Seperti diketahui ketika pemerintahan SBY parpol pendukung mendapat jatah di kementerian. Bahkan parpol seperti PDIP ikut ditawari masuk kabinet. Namun Megawati dan PDIP memilih sebagai parpol oposisi dan berada di luar pemerintahan.  

Dengan mengambil sikap terdahulu yang pernah diambilnya, maka dapat dibaca bahwa pidato SBY tertuju kepada presiden Jokowi yang punya keputusan akhir menentukan anggota kabinet. 

Jika pengumuman kabinet dilakukan setelah pelantikan 20 Oktober nanti, artinya SBY masih punya waktu 40 hari pertimbangan Jokowi. Pertimbangan apa? Diikutsertakan dalam kabinet Jokowi. Siapa yang akan diikut sertakan dalam kabinet Jokowi periode II? Siapa lagi kalau bukan Agus Harimurti Yudoyono alias AHY.

Dugaan ini makin meyakinkan dengan pernyataan AHY yang menyatakan bahwa Demokrat ingin kontribusi aktual ke pemerintah. Aktual artinya ya nimbrung di pemerintahan.

Bagi Demokrat ikut tidaknya AHY dalam kabinet Jokowi sangat menentukan masa depan karir AHY dan partai Demokrat. Dengan menjadi menteri maka AHY dapat membuktikan diri mampu bekerja sebagai seorang yang diklaim punya banyak talenta dan kemampuan.

Menjadi menteri 5 tahun juga adalah menyemarakkan nama AHY se-Indonesia. Popularitas AHY secara tidak langsung akan terpelihara. Tanpa harus kampanye via media.

Namun apabila AHY gagal menjadi menteri kabinet Jokowi periode II, maka masa depan AHY sebagai penerus dinasti Cikeas menghadapi masa suram. Kontribusi nyata sebagai anak bangsa tidak tercatat. 

AHY hanya berputar-putar sebagai ikon parpol dan bukan sebagai anak bangsa. Parpol Demokrat terancam sulit untuk kembali meraih suara di pemilu 2024. Itu artinya masa depan dinasti Cikeas pun  terancam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun