Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Editor - nalar sehat N mawas diri jadi kata kunci

RidaMu Kutuju

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sampai Musang Itu pun Menjadi Jinak

1 Maret 2020   12:45 Diperbarui: 4 Maret 2020   05:33 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mengisi rubrik tentang sayang binatang di kompasiana kali ini penulis kalau boleh mengklaim tergolong sebagai penyayang binatang, meskipun sesungguhnya tanpa predikat itu pun penulis memang sangat menyayangi hewan, utamanya kucing. Sifat penyayang hewan kucing itu sepertinya menurun dari kakek. Dulu ia mempunyai dan memelihara kucing betina berbulu tiga warna yang biasa disebut jenis kucing condromowo dan diberinya nama "ngaisem". 

Entah apa artinya nama itu dan penulis tidak sempat menanyakannya. Sepeninggal kakek, "ngaisem" masih hidup seingat penulis hingga 1-2 tahun lagi, tidak seribu tahun lagi seperti kata penyair Khairil Anwar. Pada suatu waktu ia kerapkali diajak kakak laki-laki penulis berburu tupai dengan menggunakan senapan angin di kebon-kebon di desa yang cukup banyak ditumbuhi pohon buah-buahan, seperti mangga, rambutan dan kelapa. 

Seperti tahu dan menunggu saat tupai jatuh melayang sambil meronta karena terkena tembakan senapan angin, dalam sekejap ia berlari kencang menuju perkiraan tempat jatuh tupai yang  naas itu dan langsung menubruknya lalu dibawa kembali menuju "majikannya" untuk dikumpulkan. Penulis sendiri yang sudah "berani" mengklaim sebagai penyayang binatang sebenarnya tidak pernah dengan sengaja berupaya untuk memiliki hewan peliharaan, seperti misalnya dengan cara membeli. 

Malah anak pertama dari hanya dua orang anak laki-laki penulis kelahiran 1975 yang boleh disebut penyayang binatang, atau mungkin lebih tepat disebut penyuka binatang. Karena saat remaja, hobinya membeli, berbagai macam binatang seperti kuskus, musang, burung kutilang, ular piton bahkan ular kobra. dengan uang dari hasil mengumpulkan uang jajan. 

Dari anggaran khusus pernah juga dia minta dibelikan akuarium besar ukuran 1,2  x 1,7 x 0,9 meter berisi ikan laut ditaruh di ruang keluarga. Tetapi dia memiliki sifat pembosan. Suatu ketika ular piton hilang dari kandang, besoknya seorang tetangga menemukannya tergolek di dalam gorong-gorong jalan di depan rumah. Di antara semua hewan itu tersisa musang dan burung kutilang yang sudah tidak diurus dan diperhatikan lagi. Di tengah kesibukan kerja penulis terpaksa  mengambil alih untuk memelihara kedua jenis hewan tersebut. 

Mungkin ini sebagai salah satu bukti penulis seorang penyayang bahwa selama lebih dari satu tahun memelihara musang semenjak dari masih berumur enam bulanan sampai menjadi jinak dan sering diajak bercengkerama di ruang keluarga. Berhubung belakangan kesibukan penulis kian padat, musang terpaksa diserahkan kepada keponakan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk memeliharanya. Tetapi sayang, beberapa bulan kemudian penulis mendapat kabar bahwa musang tersebut terlepas dari kandang dan mati dikeroyok orang sekampung. Lain lagi dengan "nasib" si burung kutilang. 

Setiap hari penulis tidak bosan-bosan mengurus serta memberi makan dan minum secara teratur selama dua tahun lebih. Tiap pagi buta burung itu rajin berkicau dengan suaranya yang mampu menggugah sukma. Tetapi lagi-lagi sayang di sayang, suatu pagi ketika hendak mengganti makan dan minum ia kedapatan mati kaku bertengger di atas batang pijakan yang biasa tersedia di dalam kurungan. Usut punya usut, rupanya salah satu kakinya terikat seutas benang kecil sehingga ia tidak dapat menjangkau makanan dan minuman, akibatnya ia mati kelaparan! 

Dan satu hal yang lebih tak terduga lagi adalah bahwa benang penyebab kematian itu berasal dari bekas serabut kain pel yang dijemur di atas kurungan burung itu.Burung itu rupanya sering iseng menarik-narik benang bekas kain pel tersebut, sehingga sebelak kakinya terbelit dan terikat sehingga tak bisa bergerak leluasa.  Lagi-lagi sayang untuk yang ketiga, penulis tidak sempat mendokumentasikan corak dan tampang kedua hewan peliharaan tersebut untuk sekadar membantu pembaca mengembangkan imajinasinya.

Itu adalah sekelumit cerita tentang rasa sayang manusia pada hewan peliharaan. Mungkin sebagian dari pembaca terkesan dengan cerita ini, atau entahlah. Tetapi penulis mempunyai pengalaman dan kenangan yang sungguh spesial mengenai hewan khususnya seekor kucing yang pernah menghiasi kehidupan keluarga kami. 

Beruntung penulis sempat mengambil gambarnya dalam berbagai pose, untuk melengkapi tulisan "biografi"-nya yang disimpan di blog pribadi berikut ini. Jika pembaca tertarik dan berkenan menyimak, penulis berharap selain dapat menghibur juga semoga dapat memetik hikmahnya.

Untuk mengetahui lebih jauh sepak terjang si "Evander Holifield", klik di sini: "Biografinya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun