Mohon tunggu...
Desak Pusparini
Desak Pusparini Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang ibu yang gemar membaca dan menulis apa saja. Juga seorang penerjemah lepas dan pengajar privat komputer.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perlunya Pelatihan Menulis Bagi Para Guru

8 Oktober 2014   20:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada para guru, saya pikir mereka perlu mendapat pelatihan Tertib Berbahasa Indonesia terutama dalam menulis. Tapi, kepada siapa kita harus menyampaikan usulan ini?

Saya mempunyai beberapa murid privat komputer yang berprofesi sebagai guru. Ada  guru TK, SD, SMP dan SMA. Lengkap. Bisa dibilang sebagian besar murid-murid saya adalah guru. Kenapa demikian? Karena setelah les beberapa kali, masing-masing murid tersebut biasanya mengajak teman lagi dan ikut les.  Konon, guru-guru yang sudah tak muda itu senang diajar oleh saya yang (konon lagi) katanya sangat sabar menghadapi murid-murid seusia mereka, yang sebagian di antaranya sudah punya cucu. :D Akhirnya, mereka merekomendasikan saya pada teman-temannya.

Mereka memang guru-guru senior yang mempunyai semangat tinggi untuk belajar komputer meskipun pada awalnya mereka merasa  terpaksa. Sebuah tuntutan profesi karena di era sekarang guru-guru diharapkan bisa mengoperasikan komputer.

Beberapa di antara mereka sedang melanjutkan kuliah jenjang S-2. Nah, berawal dari hubungan guru-murid tersebut, sebagian dari mereka kemudian menjadi klien saya ketika ada modul-modul kuliah yang harus diterjemahkan. Di samping itu saya juga banyak diminta untuk menyunting karya tulis mereka. Sebagai mahasiswa pascasarjana tentu saja mereka banyak mendapat tugas-tugas kuliah antara lain harus membuat karya tulis.

Dari sinilah saya bisa melihat betapa kemampuan menulis mereka amat kurang  dalam tertib berbahasa.

Berikut saya salin satu paragraf tulisan salah satu dari mereka.


Pembelajaran terpadu ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang latar belakang perlunya pembelajaran terpadu di lihat dari karakteristik pembelajaran ditaman kanak-kanak dan karakteristik pengembangan anak usia taman kanak-kanak.Selain mempelajari modul secara mandiri mahasiswa dapat megikuti kegiatan tutorial,kemampuan mahasiswa akan di nilai memakai tugas tutorial dan UAS.

Kalau kita perhatikan, dalam satu paragraf saja sudah ada begitu banyak kesalahan apalagi dalam satu bab. Saya bukan ahli bahasa, tapi saya bisa melihat beberapa kesalahan di atas begitu mendasar. Mereka bahkan tidak bisa membedakan kapan /di/ digunakan sebagai awalan dan kapan sebagai penunjuk tempat. Menurut saya ini fatal. Kesalahan fatal lainnya adalah penulisan tanda baca (titik atau koma) ditulis tanpa spasi dengan kata berikutnya. Susunan kalimat mereka juga kurang bagus. Bayangkan bagaimana beratnya mengedit tulisan seperti ini yang jumlahnya puluhan halaman, bahkan ada yang lebih dari seratus halaman.

Kemudian dalam penulisan titel kesarjanaan mereka juga banyak salah.


Contoh: Ni Wayan Suryani ,S.pd.M.pd.

Mestinya: Ni Wayan Suryani, S.Pd., M.Pd.

Coba, bagaimana saya tidak ingin menangis mengedit tulisan yang seperti ini. Mending cuma 2-3 halaman, tapi kalau tesis yang ratusan halaman? Duh!

Anak saya bilang: "Minta bayaran lebih aja, Bu, karena kerjanya lebih capek."

Ini bukan soal bayarannya. Kebetulan selama ini para guru tersebut tidak pernah mengeluhkan bayaran.  Berapa pun yang saya minta mereka tak pernah menawar. Mereka sudah sangat bersyukur saya bisa membantunya  apalagi dengan tenggat waktu yang mepet. Justru menghadapi orang-orang yang tidak ngeyel dan rewel seperti ini membuat saya jadi tak tega menagih banyak. Seringkali malah mereka saya kasih diskon dari harga semula karena saya menyadari pekerjaan mereka itu bukan untuk tujuan komersil.

Ini soal kemampuan dan keterampilan menulis mereka. Sungguh saya sangat berharap para guru mempunyai kemampuan menulis yang cukup bagus sehingga bisa memberi contoh bagi murid-muridnya. Saya berpikir, kenapa mereka tidak diberi pelatihan saja seperti pelatihan Tertib Berbahasa yang didapat oleh para penerjemah? Tapi bagaimana caranya? Siapa yang harus memberi pelatihan? Dan lewat mekanisme apa sebaiknya?

www.dnpusparini.com
www.dnpusparini.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun