Mohon tunggu...
Ir Dony Mulyana Kurnia
Ir Dony Mulyana Kurnia Mohon Tunggu... Arsitek - Direktur eLSOSDEM / Aktivis 98

Lembaga Kajian, riset, analisa sosial dan demokrasi di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu 2024, Reformasi Jilid 2 dengan PT 0%? Atau 4 Poros Koalisi dengan PT 20%?

21 Juni 2022   13:04 Diperbarui: 21 Juni 2022   13:15 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bubarkan MK ! jika PT 0% tidak di kabulkan, demikianlah statement sangat keras dari ketua DPD RI La Nyala Mataliti, sejatinya demokrasi kerakyatan sa'at ini adalah PT 0%, dan mungkin diperlukan Reformasi Jilid 2 untuk memperjuangkan tegaknya kedaulatan rakyat, betapa tidak elok manakala rakyat hanya di suguhkan menu matang dari setting partai dan oligarki, walaupun menunya tidak di sukai. 

Rakyat di perkosa untuk memakannya pada bilik-bilik suara. Proses penentuan pencalonan presiden, rakyat sama sekali tidak dilibatkan, dan di telikung habis oleh partai melalui UU Pemilu PT 20%.

PT 0%, sangat sehat secara demokrasi, menciptakan para ksatria sejati untuk bertarung tanpa setting dan telikung, jika partai peserta pemilu ada 15 Partai, maka ada 15 pasang paslon presiden dan wapres yang bertarung dari setiap partai peserta pemilu, dengan demikian tidak terlalu sulit setiap capres dan cawapres untuk mendapatkan dukungan dari partai, karena cukup di dukung oleh satu partai saja. 

Dengan sistem ini tentu saja oligarki akan sulit untuk membuat setting dan teilikung. Dan pertarungan politik pun menjadi fair play, setiap partai punya jagoannya masing-masing, barulah pada putaran kedua terjadi koalisi, karena partai dan calon yang kalah diwajibkan bergabung, berkoalisi bersama pemenang ranking satu dan ranking dua pada putaran pertama, dan kemudian bertarung kembali pada putaran kedua untuk mendapatkan legitimasi dukungan rakyat 50 % plus satu.

Pengorbanan dan darah mahasiswa, pahlawan reformasi 98, adalah bukti sejarah betapa sangat beratnya perjuangan menegakkan kedaulatan rakyat, yang mana pada sa'at itu sistem pat gulipat ketuk palu MPR lima tahunan untuk aklamasi memilih kembali Soeharto menjadi presiden, sangat memuakkan. 

Sekarang rakyat sudah mempunyai harga diri dengan memilih langsung calon presidennya, walau sistemnya masih perlu di sempurnakan, harapan minimalnya jika memang PT 0% tidak di kabulkan MK dan tetap dengan sistem PT 20%, minimal diharapkan bisa menjadi empat poros koalisi partai yang mengusung empat paslon capres dan cawapres. 

Dengan empat paslon ini minimal bisa mengobati rasa rindu demokrasi yang sakit berat akibat head to head di 2019 dan 2024. Polarisasi masyarakat menjadi momok yang menakutkan mudah-mudahan bisa di eliminir dengan paslon yang relatif lebih banyak.

Sistem PT 20%, dengan Empat Poros Koalisi

Paslon capres dan cawapres pertama, sudah lahir dengan gebrakan yang dilakukan Gerindera dan PKB, yang mengangkat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dan mendukung penuh pasangan Prabowo dan Cak Imin. 

Sudah barangtentu keberanian progresif ini, perlu mendapatkan acungan jempol, ekspetasinya melebihi langkah KIB, Koalisi Semut Merah, dan pencalonan tiga capresnya Nasdem. 

Prospek Prabowo dan Cak Imin sudah barangtentu tidak bisa di anggap remeh, kombinasi Nasionalis dan Islam Tradisional Nahdhiyin ini bakal menjadi gereget tersendiri untuk menjadi pilihan bangsa Indonesia, terlebih Prabowo yang selalu bertengger di papan atas tiga besar capres, dalam berbagai hasil survei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun