Ramadan selalu menjadi bulan yang penuh refleksi bagiku. Bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tapi juga tentang bagaimana aku mengelola emosi, stres, dan kesehatan mental secara keseluruhan. Tahun ini, aku ingin menjalani Ramadan dengan lebih mindful, salah satunya dengan membaca Filosofi Teras. Buku yang membahas tentang Stoisisme dan bagaimana kita bisa lebih tenang dalam menghadapi hidup.Â
Sebenarnya, buku ini sudah aku beli sejak Oktober 2021 lalu dan baru kubaca beberapa halaman saja. Namun, karena banyak hal salah satunya keterbatasan waktu dari tahun 2022-2024 yang kugunakan untuk studi Magister jadi buku ini baru bisa kubuka kembali. Memang benar, menikmati membaca buku seringkali harus mengikuti alur dan ritme kehidupan kita agar lebih baik dalam memaknai setiap lembarnya.Â
Perjalanan Mental di Bulan Ramadan
Sejak awal Ramadan, aku sudah menyiapkan beberapa target, termasuk menjaga keseimbangan antara ibadah, produktivitas, dan kesehatan mental. Tapi, tentu saja, kenyataan tidak selalu sesuai rencana. Ada hari-hari di mana aku merasa mudah tersulut emosi karena lapar, kurang tidur, atau ekspektasi yang tidak terpenuhi.
Saat membaca Filosofi Teras, aku menemukan banyak pelajaran yang cocok diterapkan selama Ramadan. Salah satunya adalah konsep dichotomy of control, yang mengajarkan bahwa ada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan ada yang tidak. Aku mulai belajar melepaskan stres dari hal-hal yang di luar kendaliku, seperti situasi ekonomi atau ekspektasi sosial, dan lebih fokus pada bagaimana aku meresponsnya.Â
Saat Ramadan kali ini banyak ekspektasi yang harus kembali terkubur karena tenggelam dengan realitas. Contohnya, (alhamdulillah) aku menjadi salah satu dari jutaan manusia yang lolos CPNS 2024 ini, namun ditengah kegembiraan itu beredar kabar bahwa pengangkatan CPNS yang awalnya akan dilakukan sekitar bulan April-Mei berubah menjadi serentak 1 Oktober 2025.Â
Tentu TMT-SPMT ini menjadi pukulan berat bagiku, ditambah kebutuhan pawon yang harus ngebul akhirnya mau tidak mau harus putar otak mencari pekerjaan sampingan yang layak dilakukan sambil menunggu TMT-SPMT CPNS 2024 nanti. Mengingat gaji suami yang sebatas honorer tidak mencukupi kebutuhan kami berdua di Kalimantan ini. Tapi kami tetap bersyukur sudah diberikan kesempatan untuk menikmati Ramadan dengan mindful saat ini.
Manfaat Ramadan untuk Kesehatan Mental
Bagiku, menjaga kewarasan agar tetap stabil ditengah keterbatasan ekonomi dan materi tentu menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu aku berusaha agar tetap 'waras' dalam kondisi yang serba terbatas ini. Untungnya puasa dan ibadah saat Ramadan ini menjadi wasilah dan jembatanku untuk tetap menjaga kestabilan pikiran dan religiusitas. Alih-alih memikirkannya terlalu berat, aku memilih untuk menerima dan mensyukuri dulu apa yang sudah ada. Beberapa diantara manfaat Ramadan bagi kesehatan mentalku yakni:
Mengurangi Stres dan Kecemasan
Puasa membuatku lebih sadar akan emosi sendiri. Ada momen-momen di mana aku ingin marah atau mengeluh, tapi aku ingat bahwa Ramadan bukan sekadar menahan lapar, melainkan juga menahan emosi negatif.
Melatih Kesabaran dan Pengendalian Diri
Dulu, aku mudah terganggu oleh hal-hal kecil. Tapi sekarang, setiap kali muncul rasa kesal, aku mencoba mengingat salah satu prinsip Stoik: "Hanya kita yang bisa mengendalikan pikiran kita sendiri." Aku mulai menggantinya dengan pernapasan dalam atau dzikir pendek.