Euforia dan semarak  Ramadhan sudah terlihat ketika malam pertama Ramadhan, mendadak masjid penuh dengan jamaah yang meluber sampai ke pelataran halaman masjid untuk melaksanakan sholat taraweh berjamaah. Dari anak-anak kecil sampai kakek-nenek bersemangat menyambut Ramadhan.
Tapi berselang hari, jamaah masjid sudah mulai berkurang, apalagi nanti ketika menjelang lebaran masjid kembali sepi. Rutinitas ini terjadi setiap tahun dan selalu berulang.
Ibaratnya perlombaan, seperti itulah fnomnanya. Pemenang akan terlihat ketika babak final. Seharusnya ketika 10 hari terakhir lebih mengencangkan lagi semangat ibadahnya. Lebih maksimal lagi amalnya agar meraih keutamaan dan pahala di bulan Ramadhan.
Keutamaan Ramadhan tidak mudah diraih oleh setiap muslim. Hal tersebut pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW. Banyak Muslim yang gagal melaksanakan ibadah pada bulan tersebut. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kualitas puasa yang rendah. Hal ini disebabkan minimnya ilmu dan persiapan awal menjelang bulan Ramadhan.
Kualitas Ramadhan tidak berbanding lurus dengan kuantitas amal, belum berdampak kepada ketakwaannya. Semangat diawal tapi berguguran menjelang babak final.
Ramadhan menjadi indikator kebaikan seseorang baik sebelum maupun sesudah Ramadhan. Orang yang mendapatkan keutamaan Ramadhan akan memperoleh kebaikan setelahnya, menjadi pribadi yang Taqwa sesuai dengan tujuan puasa itu sendiri.
Mari kita jaga semangat kita, mengoptimalkan amal  dan ibadah kita, agar menjadi Pemenang Ramadhan menjadi pribadi yang bertaqwa, aamiin