Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Patung Bersejarah pun Rawan Tergusur di Jakarta

13 Desember 2016   09:27 Diperbarui: 13 Desember 2016   18:21 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Kartini di Taman Monas (Dok. detik.com)

Penggusuran patung pada zaman modern tercatat paling kurang pernah dua kali terjadi di Jakarta. Meskipun ditentang berbagai kalangan, seperti arkeolog, sejarawan, budayawan, dan seniman, tetap saja penggusuran dilakukan Pemprov DKI Jakarta.

Kejadian terakhir menimpa Patung Kartini pada 2006 lalu. Patung tersebut dipindahkan dari depan Gedung Bappenas, Jalan Imam Bonjol, ke Taman Srikandi yang dibangun di bekas lapangan sepak bola Persija. Padahal, Patung Kartini dianggap bersejarah karena merupakan hadiah pemerintah Jepang. Patung itu diresmikan pada 21 April 1962 oleh Presiden Soekarno.

Penggusuran tersebut menjadi kontroversi karena Pemprov DKI Jakarta menilai ukuran Patung Kartini terlalu kecil. Alasan lain, di dekatnya terdapat Jalan Diponegoro yang sangat ramai dilalui kendaraan. Maka Patung Diponegoro dirasakan lebih cocok ditempatkan di sana, sesuai dengan nama jalannya.

Ironisnya, Patung Diponegoro sudah ada sejak lama di Taman Monas. Tentu merupakan pemborosan bila Patung Diponegoro dibuat lagi, meskipun ditangani seniman yang berbeda. Patung Diponegoro versi baru merupakan sumbangan dari seorang pengusaha ibu kota.

Penggusuran Patung Kartini tercatat merupakan kejadian kedua setelah Patung Air Mancur. Pada 1987 Patung Air Mancur yang bernuansa modern karya Rita Widagdo di bilangan Senayan dibongkar untuk pelebaran jalan. Sayang sampai kini bangkai monumen itu tidak jelas disimpan di mana. Kalau ada, mungkin saja bisa menjadi bagian dari peristiwa sejarah kesenian.

Untungnya, nasib Monumen Angkatan 66 di bilangan Kuningan tidak separah kedua monumen itu. Tahun 2007 lalu Monumen 66 terpaksa digeser letaknya karena lahannya digunakan untuk perluasan jalan. Yang disesalkan adalah mengapa sebelumnya pembangunan monumen itu tidak berkoordinasi dengan pihak berwenang.

Kota Patung
Sebenarnya Jakarta pantas sekali mendapat julukan “Kota Patung dan Monumen”. Saat ini di seluruh wilayah Jakarta terdapat sekitar 100 patung dan monumen dalam berbagai ukuran. Sebagian bernilai historis, sebagian lagi sekadar pelengkap taman atau sebagai ornamen kota.

Patung dan monumen itu dibangun oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui APBN/APBD. Misalnya saja Patung Dirgantara di Tebet, Patung Selamat Datang di Bundaran HI, Patung Pahlawan (Pak Tani) di Menteng, dan Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng. Selain Patung Diponegeoro, yang relatif baru adalah Patung Sudirman di Jalan Sudirman yang diresmikan Agustus 2003 lalu.

Ada juga sejumlah patung/monumen yang dibangun oleh perorangan atau instansi. Biasanya patung/monumen itu ditempatkan di lingkungan halaman rumah atau instansi yang membangunnya. Bahkan ada yang diletakkan di dalam lingkungan taman umum.

Istilah patung atau monumen mengacu kepada pengertian bentuk bangunan atau benda tertentu yang mempunyai nilai sejarah atau untuk menghormati peringatan bersejarah. Selain merupakan manifestasi perasaan manusia yang mengungkapkan suatu peristiwa atau sejarah, patung dan/atau monumen merupakan manifestasi dari imajinasi yang dicetuskan manusia akibat suatu keadaan yang amat berkesan dalam pemikirannya (Sejarah Singkat Patung-patung dan Monumen di Jakarta, Dinas Museum dan Sejarah, 1985).

Mengapa di Jakarta banyak patung dan monumen? Diperkirakan karena perkembangan kebudayaan, maka seni patung di Indonesia dipengaruhi kebudayaan India dan Barat. Ini antara lain diperlihatkan oleh sejumlah temuan arkeologi. Lama-kelamaan lahir patung modern yang mencerminkan semangat hidup bangsa Indonesia. Para pematungnya antara lain Edhi Sunarso, M. Wowor, dan G. Sidharta. Karya-karya mereka sampai kini banyak menghiasi belantara Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun