Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesepeda Motor 'Penguasa' Jalur Khusus Sepeda, Jalur Transjakarta, dan Pedestrian

29 Oktober 2022   07:16 Diperbarui: 29 Oktober 2022   07:26 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Raja Jalanan' di Jakarta boleh dibilang sepeda motor. Sejak beberapa tahun lalu jumlah sepeda motor di Jakarta semakin bertambah. Terutama sejak tumbuhnya ojek daring dan penjualan daring. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan akibat PHK, beralih menjadi pengemudi ojek daring, baik untuk mengantar penumpang maupun barang. Hal lain yang membuat membludaknya sepeda motor antara lain kemudahan membeli secara kredit.

Di pihak lain kita tahu bahwa Jakarta adalah 'kota macet', terlebih pada lokasi tertentu dan jam tertentu. Karena ingin cepat sampai tujuan maka berbagai cara digunakan pesepeda motor. Salah satu cara menerobos jalur bus Transjakarta.

Karena menggunakan jalur khusus tentu perjalanan akan lebih cepat. Sejumlah mobil juga sering terlihat melakukan hal serupa.

Pesepeda motor menerobos jalur Transjakarta (Sumber: antarafoto/Widodo S. Jusuf)
Pesepeda motor menerobos jalur Transjakarta (Sumber: antarafoto/Widodo S. Jusuf)

'Raja Jalanan'

Betapa sepeda motor sejak lama menjadi 'raja jalanan' di Jakarta. Apabila macet, mereka sering menggunakan pedestrian atau trotoar. Bayangkan betapa kesulitannya masyarakat yang sering berjalan kaki. Jalan mereka diserobot pesepeda motor. Memang ada Koalisi Pejalan Kaki yang peduli, namun setelah pergi, pedestrian kembali 'dikuasai' pesepeda motor.

Sejak beberapa tahun lalu pemprov DKI Jakarta membangun jalur sepeda. Tujuannya antara lain untuk menghasilkan udara bersih. Apalagi ketika itu sudah banyak masyarakat yang menggunakan sepeda untuk berangkat ke kantor. Bike to work, istilah mereka.

Sejak pembangunan jalur khusus sepeda di sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman, pembangunan di tempat-tempat lain mulai dilakukan. Kini ada beberapa wilayah yang memiliki jalur sepeda.

Dulu tidak ada pembatas untuk jalur sepeda. Karena itu banyak masyarakat menilai pembangunan jalur sepeda mobazir. Bayangkan, banyak motor dan bajaj parkir di jalur sepeda. Begitu pula mobil.

Maka pernah ada wacana pihak Polri akan membongkar jalur sepeda permanen. Alasan utama, mempersempit ruang jalan untuk kendaraan bermotor. Sepengamatan saya, wacana itu tidak kesampaian. Malah pembangunan jalur sepeda mulai meluas. Bahkan jalur selebar lebih dari satu meter itu dilengkapi penanda dan pembatas bewarna oranye.

Para pesepeda motor menerobos jalur khusus pesepeda (Sumber: detik.com/Brandyos Zafna)
Para pesepeda motor menerobos jalur khusus pesepeda (Sumber: detik.com/Brandyos Zafna)

Jam sibuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun