Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Talkshow Perjalanan Rupiah di Museum Bank Indonesia

11 September 2022   15:54 Diperbarui: 11 September 2022   15:55 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kata Roepiah pada uang Nederlandsch-Indie dan Rupiah pada Oeang Repoeblik Indonesia (Sumber: materi Pak Uno)

Sejak Maret 2020 Museum Bank Indonesia ditutup untuk umum karena pandemi. Namun layanan museum tetap dilaksanakan melalui daring, seperti kunjungan secara virtual dan podcast. Secara resmi Museum Bank Indonesia dibuka kembali untuk publik pada 7 Juli 2022. Dihitung secara matematis, Museum Bank Indonesia tutup selama dua tahun empat bulan.

Meskipun dibuka untuk umum, kegiatan Museum Bank Indonesia tentu saja masih dilaksanakan secara terbatas dengan prokes ketat. Seperti kegiatan yang berlangsung pada 9-11 September 2022 di Jakarta.  Beberapa museum diundang untuk mengikuti kegiatan perdana itu. Museum-museum yang terpilih itu disyaratkan memiliki followers tinggi di medsos.

"Pandemi memaksa kita untuk melakukan kegiatan secara daring melalui medsos. Ini tentu mengubah pola pikir untuk khalayak dengan cara lain. Belum lama dalam acara ICOM (Dewan Museum Internasional) di Praha ditegaskan kegiatan museum dilakukan secara daring dan luring," demikian Kepala Museum Bank Indonesia Dandy Indarto Seno ketika membuka kegiatan.

Kegiatan pertama Museum Bank Indonesia itu bertujuan menjalin kerja sama antarmuseum. Banyak admin medsos mengikuti kegiatan pelatihan. Di luar admin medsos ada sejumlah undangan dengan pertimbangan museum bisa maju kalau berkolaborasi dengan berbagai pihak. Selain pelatihan admin medsos (Pansos), ada talkshow dan diskusi tentang numismatik dan permuseuman. 

Kepala Museum Bank Indonesia Dandy Indarto Seno (kiri) dan pemateri Uno dan Yerry Wirawan (kanan)/Sumber: Ade I. Arsyad
Kepala Museum Bank Indonesia Dandy Indarto Seno (kiri) dan pemateri Uno dan Yerry Wirawan (kanan)/Sumber: Ade I. Arsyad

Perjalanan rupiah

Kegiatan yang mulai berlangsung sore hari, diisi dengan talkshow bertopik "Sejarah perjalanan rupiah hingga kini".  Pak Yerry Wirawan dari Universitas Sanata Dharma mengemukakan asal usul kata rupiah, sejarah awal penggunaan kata rupiah di Indonesia, dan perjalanan rupiah dari dulu hingga sekarang.

Menurut Pak Yerry, adanya alat tukar membantu perdagangan di Nusantara. Pak Yerry adalah seorang sejarawan, tentu bahan bacaannya cukup banyak. Mata uang, kata Pak Yerry, banyak dicetak oleh kesultanan di Nusantara, salah satunya mata uang emas dari Samudra Pasai (1297-1326) di wilayah Aceh.

Sepengetahuan Pak Yerry, picis atau kepeng telah ada di Jawa sekurangnya sejak abad ke-12 dan ke-13. Lalu uang Tiongkok dari tembaga digunakan di Jawa hingga abad ke-18.

 Namun banyaknya jenis mata uang tentu 'membingungkan' pemerintah dan masyarakat. Maka upaya penyederhanaan atau penyatuan mata uang mulai dilakukan pada pertengahan abad ke-18. Sunan Paku Buwana II dan Gubernur Jendral van Imhoff mendirikan bengkel uang di Batavia. Pada 1744 bengkel itu mencetak dirham emas atau dirham jawi dan dinar perak. Sayang bengkel itu tutup pada 1751. Dengan demikian penggunaan mata uang tunggal urung terlaksana.

Upaya lebih serius penyatuan sistem mata uang muncul di Hindia-Belanda pada abad ke-19.  Pada 1854 pemerintah Hindia-Belanda menetapkan penggunaan gulden seperti yang digunakan di Belanda. Namun, kata Pak Yerry, penggunaan gulden tidak secara langsung menggantikan penggunaan uang kepeng yang masih beredar di Nusantara hingga masa Perang Dunia I (1918) terutama di Sumatera dan Bali. Bahkan di Sulawesi penggunaannya hingga 1930.

Menurut Pak Yerry, kesatuan mata uang baru relatif tercapai pada 1930. Namun kestabilan penggunaan mata uang terganggu pada 1942 di masa Jepang dan perang revolusi 1945-1949. Contohnya ada uang NICA vs uang ORI. Uang Jepang juga masih beredar di beberapa tempat. Kesatuan mata uang tercapai kembali pada 1950.

Soal kata rupiah, diyakini dari bahasa Sanskerta rupiyakam/rupiya yang berarti perak. Sementara itu kata Duit berasal dari bahasa Belanda (doit), berupa uang kuno Eropa sekitar abad ke-14.  

Buat gambaran saja, nilai rupiah lebih rendah dari gulden NICA.  Perbandingannya Rp 1 sama dengan f. 10-30. Bagaimana tentang harga barang? Idroes dalam 'Oeang Repoeblik di Djakarta', menulis harga makanan lengkap Rp. 1,76, 1 lipstick 6 gulden NICA yang seharga 60 sen ORI, sekotak rokok Rp. 0,07 atau f 2 (NICA), dan beras Rp. 0,15 atau f 1.50 (NICA).

Uang kertas  bertuliskan Rupiyah (atas) danj Roepiah (bawah)/Sumber: materi Pak Uno/atas dan Museum BI /bawah
Uang kertas  bertuliskan Rupiyah (atas) danj Roepiah (bawah)/Sumber: materi Pak Uno/atas dan Museum BI /bawah

Dari Rupiyah hingga Roepiah

Pemaparan berikutnya oleh Pak B. Untoro yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Uno. Pak Uno seorang numismatis dan penulis buku Oeang Noesantara. Ia pendiri organisasi numismatis CORE (Club Oeang Revoloesi).

Sepengetahuan Pak Uno, sebelum kata rupiah dikenal kata rupee, seperti Java Rupee dan Bristish Rupee. Koin itu bertanggal 1803. Baru pada 1832 muncul koin Hindia-Belanda bertuliskan Rupiyah menggunakan bahasa Jawa dan Arab. Ada lagi uang kertas Hindia-Belanda bertuliskan Rupiyah.

Pada masa pendudukan Jepang, uang kertas Dai Nippon Teikoku Seihu bertuliskan Roepiah. Selanjutnya kata Roepiah terdapat pada uang kertas Nederlandsch-Indie atau uang NICA.

Soal numismatik menjadi agenda pertama. Setelah itu berkenaan dengan diskusi soal dunia permuseuman.***

(bersambung)...

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun