Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiket Borobudur Rp 750.000 untuk Mencegah Vandalisme Pengunjung

6 Juni 2022   09:10 Diperbarui: 6 Juni 2022   21:45 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembersihan Candi Borobudur, salah satu upaya konservasi (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Soal tiket masuk Candi Borobudur Rp750.000 ramai menjadi perbincangan masyarakat. Artikel-artikel tentang itu ditulis di media daring, bahkan diberitakan media elektronik. Menko Kemaritiman dan Investasi, Pak Luhut B. Pandjaitan, menjadi sasaran 'caci maki'.  

Rupanya masyarakat salah menangkap informasi tersebut. Maka berbagai tulisan pun tentu keliru. Dari sejumlah tulisan, ada yang memperbandingkan dengan tiket masuk ke berbagai bangunan purbakala mancanegara yang dikatakan lebih murah.

Ternyata kemudian beberapa media meralat berita awal. Tiket masuk Candi Borobudur tetap seperti biasa. Yang Rp750.000 dan 100 Dollar adalah tiket untuk menaiki candi untuk wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Memang eksklusif dan premium, namun itulah upaya untuk menjaga keselamatan Candi Borobudur.

Penampang Candi Borobudur yang berdiri di atas bukit (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Penampang Candi Borobudur yang berdiri di atas bukit (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Ekonomi vs Arkeologi

Masyarakat berbicara Candi Borobudur umumnya dari sudut ekonomi/pariwisata. Tiket masuk mahal/murah/gratis dan berapa penghasilan dari karcis masuk adalah sebagian contoh. Lalu berbicara kesempatan kerja dan peluang usaha, antara lain menjadi pemandu, petugas parkir, penjual cendera mata, dan usaha warung makan. Pembicaraan dari segi ekonomi atau pariwisata memang menyangkut uang atau devisa.

Candi Borobudur merupakan peninggalan arkeologi dari masa abad ke-9. Sebagai tinggalan arkeologi tentu saja perlu dilestarikan. Pelestarian dalam arkeologi menyangkut pengertian pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan. 

Arkeologi sendiri memiliki tujuan akhir, yakni menampilkan obyek untuk umum. Kalau bendanya kecil, akan dipamerkan di dalam museum. Kalau besar, misalnya candi, akan dipamerkan di tempat aslinya.

Menampilkan obyek untuk umum bisa menjadi ranahnya pariwisata. Maklum, pariwisata memiliki pengetahuan 'menjual' obyek. Sebaliknya arkeologi hanya memiliki pengetahuan 'merawat' tinggalan masa lalu. Kerja sama kedua lembaga tentu amat diperlukan. 

Selama ini terjalin lewat adanya institusi milik pariwisata yaitu PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Baka. Arkeologi sendiri memiliki Balai Konservasi Borobudur.

Yudi Suhartono dari Balai Konservasi Borobudur memperlihatkan keausan batu dan vandalisme oleh pengunjung (Sumber: antarafoto.com)
Yudi Suhartono dari Balai Konservasi Borobudur memperlihatkan keausan batu dan vandalisme oleh pengunjung (Sumber: antarafoto.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun